MOTIVASI
Motivasi
adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan.
Teori
Teori Motivasi
1. Teori Drive
Pengertian
Teori Drive
Teori
”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku
didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri
seseorang. Contohnya Freud ( 1940-1949 ) berdasarkan ide-idenya tentang
kepribadian pada bawaan, dalam kelahiran, dorongan seksual dan agresif, atau
drive (teorinya akan diterangkan secara lebih detail dalam bab kepribadian).
Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut : ketika suatu
keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk mengaturnya dalam
perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang
mendorong.
Pada
manusia dapat mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi keadaan dorongan
apabila dapat menyenangkan dan memuaskan. Jadi motivasi dapat dikatakan terdiri
dari:
1.
Suatu keadaan yang mendorong
2.
Perilaku yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong
3.
Pencapaian tujuan yang memadai
4.
Pengurangan dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang tercapai
Setelah
keadaan itu, keadaan terdorong akan muncul lagi untuk mendorong perilaku ke
arah tujuan yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja diuraikan
seringkali disebut lingkaran korelasi.
Teori-teori Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau binatang bertindak. Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar dalamkeaslian keadaan terdorong.
Teori-teori Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau binatang bertindak. Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar dalamkeaslian keadaan terdorong.
Karena
penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan heroin, contohnya mengembangkan
suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut, dan karena itu mendorong ke arah
itu. Dan dalam realisasi motif sosial, orang telah belajar dorongan untuk
kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong yang dipelajari menjadi ciri
abadi dari orag tertentu dan mendorong orang itu ke arah tujuan yang memadai,
orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain dan didorong ke arah tujuan
yang berbeda.
Contohnya
: seorang mahasiswa yang terdorong untuk selalu datang tepat waktu pada setiap
mata pelajaran kuliah
2. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori ini mempunyai dua
aturan pokok : aturan pokok yang berhubungan dengan perolehan jawaban yang
benar dan aturan pokok lain yang berhubungan dengan penghilangan
jawaban-jawaban yang salah. Pengukuran dapat terjadi positif (pemberian
ganjaran untuk satu jawaban yang didinginkan ) atau negatif ( menghilangkan
satu rangsang aversif jika jawaban yang didinginkan telah diberikan ), tetapi
organisme harus membuat antara aksi atau tindakannya dengan sebab akibat.
Siegel dan Lane (1982),
mengutip Jablonke dan De Vries tentang bagaimana manajemen dapat meningkatakan
motivasi tenaga kerja., yaitu dengan:
1. Menentukan apa
jawaban yang diinginkan
2. Mengkomunikasikan
dengan jelas perilaku ini kepada tenaga kerja.
3. Mengkomunikasikan
dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima. Tenaga kerja jika jawaban
yang benar terjadi
4. Memberikan ganjaran
hanya jika jika jawaban yang benar dilaksanakan.
5. Memberikan ganjaran
kepada jawaban yang diinginkan, yang terdekat dengan kejadiannya.
Contohnya
: Seorang mahasiswa yang dipuji oleh dosennya karna sikap kritisnya dalam
diskusi kelopok di kelas.
3. Teori Harapan
Teori ini diciptakan
oleh David Nadler dan Edward Lawler yang didasarkan pada empat asumsi mengenai
perilaku dalam organisasi, yaitu:
1.
Perilaku ditentukan oleh kombinasi antara faktor faktor
yang terdapat dalam diri orang dan faktor-faktor yang terdapat di lingkungan.
2.
Perilaku orang dalam organisasi merupakan tindakan
sadar dari seseorang, dengan kata lain perilaku seseorang adalah hasi dari
sebuah keputusan yang sudah diperhitungkan oleh orang tersebut.
3.
Orang mempunyai kebutuhan, keinginan dan tujuan yang
berbeda.
4.
Orang memilih satu dari beberapa alternatif perilaku
berdasarkan besarnya harapan memperoleh hasil dari sebuah perilaku.
Atas dasar asumsi
tersebut, Nadler dan Lawler menyusun model harapan yang terdiri dari 3 komponen,
yaitu :
1. NILAI (Valence)
Setiap bentuk insentif
punya nilai positif atau negatif bagi seseorang. Juga apakah nilai itu besar
atau kecil bagi seseorang.
Contoh : Seorang
karyawan mendapatkan suatu penghargaan dari perusahaan dengan diberikan plakat,
karena bakti kepada perusahaan selama sekian tahun. Tetapi, dampak negatifnya
dapat membuat kecemburuan social terhadap karyawan lain. plakat hanya berupa
sebuah pajangan yang mempunyai nilai kecil hanya untuk kepuasaan pribadi tidak
bias dikomersilkan.
2. INSTRUMENTALITAS
Adanya hubungan antara
pekerjaan yang harus dilakukan dengan harapan yang dimiliki. Jadi jika
pekerjaan dilihat bisa merupakan alat untuk mendapatkan apa yang diharapkan
timbullah motivasi kerja.
Contoh : seseorang
mengikuti sebuah lembaga multi level marketing (MLM) dengan mengharapkan
keuntungan yang berlimpah, karena bila mengandalkan insentif dari perusahaan
tidak cukup memadai sebab bisnis MLM ini cukup menjanjikan.
3. PENGHARAPAN
Persepsi tentang
besarnya kemungkinan keberhasilan mencapai tujuan/hasil kerja.
Contoh: seorang karyawan mendapatkan insentif lebih bila melakukan kerja lembur.
Contoh: seorang karyawan mendapatkan insentif lebih bila melakukan kerja lembur.
Harapan kinerja-hasil.
Orang mengharapkan sesuatu dari perilakunya. Harapan ini Hasil dari sebuah
perilaku mempunyai kekuatan untuk menggerakkan motivasi. Dampak daya motivasi
untuk setiap orang tidak sama. Harapan upaya-kinerja. Antisipasi tentang
sulitnya mencapai suatu hasil mempengaruhi orang untuk memilih alternatif
perilaku.
Teori pengharapan
mengatakan seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang
tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantar kesuatu penilaian kinerja yang
baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran
organisasional, seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu
akan memuaskan tujuan pribadi karyawan tersebut.
Contohnya : Seorang karyawan pada
bagian/divisi penjualan berupaya meraih target penjualan tertentu untuk
mendapatkan bonus berupa liburan ke luar negeri. Dalam teori harapan, karyawan
tersebut berusaha mendapatkan kesempatan untuk memenuhi target karena ingin
pergi ke luar negeri.
4. TEORI TUJUAN
Teori ini menyatakan
bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator. Hampir setiap orang menyukai
kepuasan kerja karena mencapai sebuah tujuan spesifik. Saat seseorang
menentukan tujuan yang jelas, kinerja biasanya meningkat sebab:
• Ia akan berorientasi
pada hal hal yang diperlukan
• Ia akan berusaha
keras mencapai tujuan tersebut
• Tugas tugas sebisa
mungkin akan diselesaikan
• Semua jalan untuk
mencapai tujuan pasti ditempuh
Teori ini mengatakan
bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari
teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia
memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal
Setting (penetapan tujuan).
Penetapan tujuan juga
dapat ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan sasaran
pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan
pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan
(goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri, diwajibkan oleh
organisasi sebagai satu kebijakan peusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa
sendiri dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan
ia akan memiliki keterikatan (commitment) besar untuk berusaha mencapai
tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Bila seorang tenaga kerja memiliki
motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk
menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu tertentu dapat terjadi
bahwa keterikatan terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.
Contohnya : Seorang
siswa yang memiliki tujuan mendapatkan peringkat pertama di kelasnya ia akan
belajar dengan sungguh-sungguh.
5.Teori Kebutuhan Maslow
Dikembangkan oleh Abraham H. Maslow
pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau
hierarki kebutuhan, yaitu :
(1) kebutuhan fisiologikal
(physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex
(2) kebutuhan rasa aman (safety
needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal
dan intelektual;
(3) kebutuhan akan kasih sayang
(love needs);
(4) kebutuhan akan harga diri
(esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol
status; dan
(5) aktualisasi diri (self
actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa
dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan
makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan
organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami
“koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep
“hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat
diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya
ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang
pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada
pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan
kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat
pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan
diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa
pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan
“koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan
karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia
berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik,
seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai,
memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai
rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan
bahwa :
a. Kebutuhan yang satu saat sudah
terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
b. Pemuasaan berbagai kebutuhan
tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif
menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
c. Berbagai kebutuhan tersebut tidak
akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana
seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
Contohnya: Need of self
Actualization
Pak Rudi adalah seorang pensiunan
direktur disuatu perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan, sudah dua
tahun ia pensiun dari perusahaan tersebut dan posisinya sebagai direktur, kini
digantikan oleh anaknya Samy. Semenjak ia pensiun, semua urusan perusahaan
ditangani oleh Samy tanpa kecuali, ia tidak ingin ayahnya terbebani pikiran
karena sudah pensiun. Walau merasa dirinya sudah pensiun Pak Rudi ingin sekali
berpartisipasi mengembangkan perusahaan, namun anaknya melarang karena merasa
ayahnya itu sudah lebih baik dirumah saja. Pak Rudi merasa kebutuhan akan
aktualisasi dirinya tidak terpenuhi, karena walau ia sudah pensiun, ia ingin
membuktikan bahwa ia masih berkompeten dengan pengalaman-pengalamannya demi
perkembangan perusahaannya.
Artikel
INDONESIAN SEVEN SUMMITS EXPEDITION
MAHITALA UNPAR, MAHITALA UNPAR SUKSES MELENGKAPI PENDAKIAN 7 PUNCAK DUNIA
27 April 2012
Perjuangan Bangsa Indonesia dalam mencapai atap-atap tinggi di dunia akhirnya membuahkan hasil yang amat
membanggakan. Lewat empat pendakinya yang tergabung dalam kelompok pencinta
alam Mahitala Unpar, Sofyan Arief Fesa (28), Xaverius Frans (24), Broery Andrew
Sihombing (22), dan Janatan Ginting (22) akhirnya berhasil menapaki puncak
tertinggi di Benua Amerika Utara yaitu Denali (6.194 meter di atas permukaan
laut). Dan dari mereka
berempatlah gelar The Seven Summiters dipersembahkan bagi untuk pertama kalinya
bagi Bangsa Indonesia.
Pendakian menuju Puncak Denali bukanlah perkara yang mudah. Menurut
Sofyan, Denali memiliki cuaca yang tidak bisa diprediksi karena sangat cepat
untuk berubah. Ketiadaan tenaga angkut atau porter membuat tim harus mengangkut
perbekalannya sendiri-sendiri. Dengan sistem Himalayan Tactic atau sistem turun
naik, 4 anggota tim yang tergabung dalam tim Indonesia Seven Summits Expedition
Mahitala Unpar (ISSEMU) seringkali harus berjalan bolak balik dari camp ke camp
untuk mengangkut perbekalan dalam 2 kali sorti.
Perjalanan menuju
Puncak Denali dimulai dari Base Camp
Denali di ketinggian 2.225 mdpl atau lebih di kenal dengan nama South East Fork (SE Fork). Tim ISSEMU mencapai SE Fork
(24/6) yang terletak di padang salju Kahiltna dengan menggunakan pesawat tipe
Fokker yang diberangkatkan dari Talkeetna. Sebuah kota persinggahan terakhir
yang kerap dikunjungi oleh para pendaki Denali. Dari SE Fork, Tim ISSEMU
memutuskan untuk membawa seluruh perlengkapan mereka menuju Camp 1 (2.407
mdpl). Perjalanan dimulai pada pk 23.40 waktu setempat (24/6) atau pk 14.40 wib
(25/6) dan tiba di Camp 1 pada pk 06.15 waktu setempat (25/6) atau 21.15 wib
(25/6). Ekspedisi Denali kali ini, tim ISSEMU tidak membutuhkan bantuan alat
penerangan karena pada musim pendakian kali ini matahari selalu menunjukkan
kegarangannya di Alaska.
Hambatan Cuaca Buruk
Komunikasi dengan Tim
pendaki ISSEMU dilakukan dengan berbagai cara. Tim pendaki ISSEMU dibekali
telepon satelit yang berfungsi untuk menelepon dan mengirimkan sms langsung
kepada tim pendukung di Bandung. Mereka juga membawa notebook yang berfungsi untuk mengirimkan gambar dan
cerita pendek. Selain satphone dan notebook, tim pendaki melengkapi peralatan
komunikasi dengan sebuah Global Positioning System(GPS) dengan satellite communicator sehingga pergerakan mereka
hari ke hari dapat dipantau melalui sebuah website. Selain itu dengan peralatan
tersebut, mereka bisa mengirimkan posisi terakhir berikut dengan pesan singkat
ke jejaring sosial Facebook dan Twitter. Melalui semua peralatan komunikasi
itulah tim pendaki kerap mengabarkan bahwa cuaca mulai tidak bersahabat lepas
dari SE Fork. Pada tanggal 27 Juni 2011, semua pendakian di Denali dihentikan
karena cuaca buruk yang tiba-tiba datang. Baru keesokan harinya (28/6) tim
pendaki ISSEMU mulai bergerak dari Camp 1 menuju Camp 2 (3.048 mdpl) untuk
melaksanakan pengangkutan sorti pertama. Memalui keputusan singkat yang dibuat
oleh Matthew Emnt, seorang pemandu dari Alpine Ascents International (AAI),
jumlah camp pendakian yang semula direncanakan 5 buah akhirnya harus dipotong
menjadi 4 buah camp saja untuk menuju puncak dengan jarak antar camp yang
semakin jauh dibanding perencanaan semula.
Dengan pergerakan yang
perlahan-lahan namun pasti, tim bergerak dari camp ke camp untuk terus menambah
ketinggian di tengah hujan salju, kabut tebal, dan angin kencang. Kendati
dengan perjalanan yang amat melelahkan karena buruknya cuaca, akhirnya dapat
dilaporkan bahwa tim pendaki ISSEMU telah berhasil mencapai Camp 3 (4.267
mdpl). Menurut pemantauan tim pendukung ISSEMU bahwa tingkat kesulitan pada
pendakian Denali akan dimulai dari sini. Perjalanan dari Camp 3 menuju Camp 4
sangatlah curam. Tim pendaki harus melalui medan dengan kemiringan antara 44-50
derajat dan medan yang bervariasi antara es dan salju ditambah dengan cuaca
yang buruk. Pada titik ketinggian tertentu, pendakian harus dibantu dengan
penggunaan tali yang sudah disediakan (fixed rope).
Menyelesaikan 7
Summits Pada Tanggal 7 bulan 7
Memalui telp satelit,
Sofyan mengabarkan bahwa perpindahan logistik pendakian menuju Camp 4 (5.242
mdpl) telah selesai (6/7). Ini menandakan bahwa inilah saatnya Tim ISSEMU akan
segera menggelar pendakian menuju Puncak Denali secepat mungkin. Tapi sayang
mereka harus bersabar untuk meraih Puncak Denali esok harinya (7/7).Summit Ridge yang akan melewati menuju puncak Denali
tertimbun salju yang amat tebal karena cuaca buruk yang tiba-tiba datang. Rest
day kembali dilakukan oleh Tim Pendaki ISSEMU. Pada hari itu pula Sofyan
kembali menghubungi Base Camp Bandung untuk mengabari penundaan ini dan akan
merencanakan summit day esok harinya (8/7). Tiba akhirnya cuaca di Denali
menjadi berangsur-angsur cerah pada hari ini. Tim Pendaki ISSEMU segera untuk
mempersiapkan semua peralatan yang akan dilakukan untuk melakukan “penyerangan
menuju puncak”. Tim berjalan meninggalkan High Camp pada pukul 09.20(7/7) waktu
setempat atau setara dengan pukul 01.00 (8/7) WIB. Perjalanan dari High Camp
menuju Puncak Denali merupakan bagian yang tersulit dari keseluruhan pendakian
karena mereka akan menghadapi 2,5 km jarak tempuh dan perbedaan elevasi hingga
hampir 1 km. Dari High Camp, tim pendaki ISSEMU akan melintasi sebuah padang
salju yang panjang dan cukup datar. Akhirnya padang salju tersebut akan
berakhir di sebuah lokasi yang sering disebut sebagai The Autobahn. The
Autobahn adalah sebuah bukit dengan elevasi 365 meter. Di Autobahn pendaki akan
dipaksa berjalan mendatar dan menanjak pada kemiringan 50-60 derajat. Teknik
ini dikenal dengan nama teknik konturing (traversing) atau berjalan mengikuti
garis kontur pada peta. Lepas dari Autobahn, pendaki akan bertemu dengan sebuah
celah besar di ketinggian 5.547 mpdl. Celah ini dikenal dengan nama Denali
Pass. Selepas Denali Pass, pendaki akan bertemu dengan sebuah padang salju yang
menyerupai lapangan sepak bola yang dikenal dengan nama Football Field.
Berjalan santai melintasi Football Field di ketinggian 5.900 mdpl akan
merasakan suatu sensasi yang berbeda karena di ketinggian tersebut kita masih
bisa berjalan dengan tenang untuk menggapai detik-detik akhir menuju puncak
Denali. Perjuangan belum berakhir, tim pendaki harus melalui sebuah bukit kecil
yang diberi nama Pig Hill (6.120 mdpl). Dan di puncak Pig Hill pendaki akan
lebih berdebar kembali karena mereka akan melewati seksi akhir dari perjalanan
panjang mereka menuju Puncak Denali. Summit Ridge atau punggungan akhir menuju
Puncak Denali akan mengucapkan selamat datang kepada para pendaki sebelum
mencapai poin tertinggi di Amerika Utara, Puncak Denali. Lewat serangkaian
percobaan dan tantangan alam yang menghadang di depan mata akhirnya Bendera
Merah Putih dapat ditancapkan dan dikibarkan dengan gagah di titik tertinggi
Benua Amerkia Utara. Tim pendaki melintas perlahan-lahan pada punggungan tipis
sambil menatap ke depan. Akhirnya tepat pada pukul 17.37 waktu setempat atau
sekitar pk 08.35 wib Sofyan mengabarkan bahwa selama perjalanan menuju puncak
cuacanya amat cerah tetapi angin bertiup kencang sehingga suhu bisa turun
hingga thermometer menunjukkan angka -15 C. Saat di puncak, tim ISSEMU bergabung
bersama 40 pendaki mancanegara yang bersama-sama dari High Camp melakukan
summit attack pada hari itu. Pada saat Sofyan mengabarkan berita terbaru
melalui email, tim sudah tiba kembali di High Camp setelah berjalan turun
dengan cepat dari Puncak Denali. Total perjalanan mereka dari High Camp –
Puncak Denali – High Camp mereka tempuh dalam waktu 12,5 jam. Tim juga
mengabarkan bahwa mereka akan turun menuju Base Camp esok hari (9/7) dengan
lama tempuh selama 2 hari non stop dan berencana untuk bermalam di Camp 3.
Berikut video
dokumenter pendakiannya
7 Summiters Pertama Untuk Indonesia
Dengan suksesnya
pendakian Denali ini, maka Mahitala Unpar dengan Tim ISSEMUnya memposisikan
Indonesia menjadi negara ke 53 yang berhasil menuntaskan seven summits dan
menjadikan para pendakinya menjadi seven summiters bersama 275 pendaki dari
seluruh dunia yang berhasil memiliki gelar yang prestisius tersebut. Sebelumnya
Tim pendaki ISSEMU berhasil mendaki Carstensz Pyramid (4.848 mdpl) di Papua,
Kilimanjaro (5.189 mdpl) di Afrika, Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia, Vinson Massif
(4.889 mdpl) di Antartika, Puncak Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina dan
Everest (8.848 mdpl) di Nepal/China. Kesuksesan rangkaian pendakian seven
summits ini juga tidak lepas dari dukungan penuh dari PT. Mudking Asia Pasifik
Raya (MKAPR), sebuah perusahaan yang bergerak di dalam bisnis pengeboran minyak
dan gas bumi. Melalui program CSR, PT.MKAPR memberikan komitmen penuh untuk
mengharumkan dan mengangkat derajat bangsa di dalam peta pendakian dunia.
Demikian kisah
pendakian reakan – rekan kita dari MAHITALA UNPAR yang sukses menggapai 7
puncak tertinggi dunia, semoga saja kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi kita
semua. Pesan moral yang terkandung dalam kisah ini adalah, takada yang tak
mungkin untuk di gapai, semua bisa di gapai walau harus banyak berkorban dsan
bersusah payah. tapi yakinlah bila ada niat pasti ada jalan yang akan akan
terbuka. Keep Spirit!!!
menurut analisis saya dari artikel di atas tentang para pendaki yang menakhlukan tujuh puncak tertinggi dunia masuk ke dalam teori motivasi tujuan hal itu dikarnakan Teori ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator sehingga para pendaki bisa mencapai puncak.
Basuki, A.M. Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Gunadarma.
www.google.com
http://bocahrimba.files.wordpress.com/2012/04/388155_310329712329821_142974512398676_1166534_332912238_n.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar