Jumat, 22 November 2013

Mengendalikan Fungsi Manajemen


Mengendalikan Fungsi Manajemen



Defnisi Mengendalikan
Menurut Herujuito (2001) controlling yaitu kegiatan menyesuaikan antara pelaksanaan dan rencana – rencana yang telah ditentukan.
Menurut Umar (2000) Pengendalian (controlling) manajemen adalah usaha sistematis untuk menetapkan standar prestasi dan perencanaan sasarannya guna mendesain sistem informasi umpan balik, membandingkan sistem kerja dengan standar yang telah ditetapkan lebih dulu, menentukan adanya penyimpangan dan mencatat besa kecil penyimpan, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa semua sember perusahaan dimanfaatkan secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
Mengendalikan ( controlling) adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun atau diberi standar dan mengadakan koreksi atau evaluasi jika terjadi hal-hal yang berlainan.

Langkah-langkah Mengendalikan ( controlling )
Proses mengendalikan atau controlling akan berjalan dengan mudah, lancar, dan sesuai sasaran jika sudah ada standar kinerjanya, maka dari itu diperlukan langkah-langkah dalam mengendalikan atau controlling, berikut adalah langkah – langkahnya yaitu :
  1. menetapkan standar 
  2. mengukur prestasi kerja
  3. membandingkan prestasi dengan standar yang ada
  4. mengambil tindakan korektif atas prestasi kerja atau evaluasi

Tipe-tipe Control

A. Tipe – tipe control yaitu :
  1. pengawasan pendahuluan (preliminary control)
  2. pengawasan pada saat kerja belangsung (cocurrent control)
  3. pengawasan feed back (feed back control) 

B. Berdasarkan bagian yang akan diawasi pengawasan dibedakan atas :
  1. Pengendalian karyawan (Personal control).
    Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan pegawai, apakah pegawai bekerja sesuai dengan perintah, rencana, tata kerja, absensi pegawai dan lain-lain.
  2. pengendalian keuangan (financial control)
    Pengendalian ini ditujukan untuk hal-hal yang menyangkut keuangan,tentang pemasukan dan pengeluaran,biaya-biaya perusahaaan termasuk pengendalian anggaranya.
  3. pengendalian produksi (Production control).
    Yaitu pengendalian yang difokuskan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
  4. Pengendalian waktu (Time control)
    Pengendalian ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya apakah waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
  5. pengendalian teknis (Technical control)
    Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan dengan tindakan dan teknis pelaksanaan.
  6. Pengendalian kebijaksanaan (Policy control).
    pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai apakah kebijaksanaan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang digariskan.
  7. pengendalian penjualan (Sales control)
    Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah produksi yang dihasilkan terjual sesuai rencana yang ditentukan.
  8. Pengendalian inventaris (inventory control)
    Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah inventaris perusahaan masih ada semuanya atau ada yang hilang.
  9. Pengendalian pemeliharaan (maintenance control)
    Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah semua inventaris perusahaan dan kantor terpelihara atau tidak,dan mengetahui kerusakan. reksi itu harus dikenakan.

Kontrol Proses Manajemen



Langkah-langkah proses pengendalian :
  1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian.
  2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.
  3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standard an menentukan penyimpangan jika ada.
  4. Melakukan evaluasi atau tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana. Rencana juga perlu dinilai ulang dan dianalisis kembali,apakah sudah benar-benar realistis atau tidak.jika belum benar atau realistis maka rencana itu harus diperbaiki.

Cara-cara pengendalian :
1. Pengawasan langsung
Pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manajer.Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui apakah apakah dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai dengan yang dikehendakinya. 
Kebaikan :
  1. Jika ada kesalahan dapat diketahui sedini mungkin,sehingga perbaikanya dilakukan dengan cepat.
  2.  Akan terjadi kontak langsung antara bawahan dan atasan,sehingga akan memperdekat hubungan antara atasan dan bawahanya.
  3. Akan memberikan kepuasan tersendiri bagi bawahan,karena merasa diperhatikan atasanya.
  4. Akan tertampung sumbangan pikiran dari bawahan yang mungkin bisa berguna bagi kebijaksanaan selanjutnya.
  5.  Akan dapat menghindari timbulnya kesan laporan “asal Bapak senang” (ABS).
Keburukan :
  1. Waktu seorang manajer banyak tersita,sehingga waktu untuk pekerjaan lainya berkurang,misalnya planning lain-lainya.
  2. Mengurangi inisiatif bawahan,karena mereka merasa bahwa atasanya selalu mengamatinya.
  3. Ongkos semakin besar karena adanya biaya perjalanan dan lain-lainya.
  4. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara inspeksi langsung,observasi di tempat (on the spot observation) dan laporan di tempat (on the spot report)

2. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan jarak jauh dengan melalui laporan oleh bawahan baik secara lisan maupun tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasi-hasil yang dicapai. 
Kebaikan :
  1. Waktu manajer untuk mengerjakan tugas-tugas lainya semakin banyak,misalnya perencanaan,kebijaksanaan,dan lain-lain.
  2. Biaya pengawasan relatif kecil.
  3. Memberikan kesempatan inisiatif bawahan berkembang dalam melaksanakan pekerjaan.
Keburukan :
  1. Laporan kadang-kadang kurang objective,karena ada kecendrungan untuk melaporkan yang baik-baik saja.
  2. Jika ada kesalahan-kesalahan terlambat mengetahuinya,sehingga perbaikanya pun terlambat.
  3. Kurang menciptakan hubungan-hubungan antara atasan dan bawahan.

3. Pengawasan berdasarkan kekecualian
Pengendalian yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan,pengendalian ini dilakukan dengan cara kombinasi langsung dan tidak langsung oleh manajer.



NAMA : GUNTUR HAMONANGAN
NPM : 13511110

Sumber : Mulyadi (2007) system perencanaan dan pengendalian manajemen. Jakarta :  
                salemba empat
Handoko,T.Hani.2009.BPFE : Yogyakarta
Ruky, A. (2002) Sukses sebagai manajer professional tanpa gelar MM atau MBA. Jakarta :
                Gramedia pustaka utama
https://www.google.com/search?q=mengendalikan+fungsi+manajemen&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=qTGQUoa6LceVrgfk0YHoCg&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=1366&bih=677#q=manajemen&tbm=isch&facrc=_&imgdii=_&imgrc=k6kRiZw2uUumXM%3A%3B0bvzXuzcD5PAqM%3Bhttp%253A%252F%252Fptpower.com%252Fwp-content%252Fuploads%252F2009%252F02%252Ftime-management-mindmap.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fptpower.com%252Fwhen-poor-time-management-killing-your-fitness-marketing-mojo%252F%3B800%3B566

Sabtu, 02 November 2013

Motivasi



MOTIVASI



Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan.
Teori Teori Motivasi
1. Teori Drive
Pengertian Teori Drive
Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri seseorang. Contohnya Freud ( 1940-1949 ) berdasarkan ide-idenya tentang kepribadian pada bawaan, dalam kelahiran, dorongan seksual dan agresif, atau drive (teorinya akan diterangkan secara lebih detail dalam bab kepribadian). Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut : ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong.
Pada manusia dapat mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan memuaskan. Jadi motivasi dapat dikatakan terdiri dari:
1. Suatu keadaan yang mendorong
2. Perilaku yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong
3. Pencapaian tujuan yang memadai
4. Pengurangan dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang tercapai
Setelah keadaan itu, keadaan terdorong akan muncul lagi untuk mendorong perilaku ke arah tujuan yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja diuraikan seringkali disebut lingkaran korelasi.
Teori-teori Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau binatang bertindak. Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar dalamkeaslian keadaan terdorong.
Karena penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan heroin, contohnya mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut, dan karena itu mendorong ke arah itu. Dan dalam realisasi motif sosial, orang telah belajar dorongan untuk kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong yang dipelajari menjadi ciri abadi dari orag tertentu dan mendorong orang itu ke arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain dan didorong ke arah tujuan yang berbeda.
Contohnya : seorang mahasiswa yang terdorong untuk selalu datang tepat waktu pada setiap mata pelajaran kuliah 

2. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori ini mempunyai dua aturan pokok : aturan pokok yang berhubungan dengan perolehan jawaban yang benar dan aturan pokok lain yang berhubungan dengan penghilangan jawaban-jawaban yang salah. Pengukuran dapat terjadi positif (pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang didinginkan ) atau negatif ( menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang didinginkan telah diberikan ), tetapi organisme harus membuat antara aksi atau tindakannya dengan sebab akibat.
Siegel dan Lane (1982), mengutip Jablonke dan De Vries tentang bagaimana manajemen dapat meningkatakan motivasi tenaga kerja., yaitu dengan:
1. Menentukan apa jawaban yang diinginkan
2. Mengkomunikasikan dengan jelas perilaku ini kepada tenaga kerja.
3. Mengkomunikasikan dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima. Tenaga kerja jika jawaban
    yang benar terjadi
4. Memberikan ganjaran hanya jika jika jawaban yang benar dilaksanakan.
5. Memberikan ganjaran kepada jawaban yang diinginkan, yang terdekat dengan kejadiannya.
Contohnya : Seorang mahasiswa yang dipuji oleh dosennya karna sikap kritisnya dalam diskusi kelopok di kelas.

3. Teori Harapan
Teori ini diciptakan oleh David Nadler dan Edward Lawler yang didasarkan pada empat asumsi mengenai perilaku dalam organisasi, yaitu:
1.      Perilaku ditentukan oleh kombinasi antara faktor faktor yang terdapat dalam diri orang dan faktor-faktor yang terdapat di lingkungan.
2.      Perilaku orang dalam organisasi merupakan tindakan sadar dari seseorang, dengan kata lain perilaku seseorang adalah hasi dari sebuah keputusan yang sudah diperhitungkan oleh orang tersebut.
3.      Orang mempunyai kebutuhan, keinginan dan tujuan yang berbeda.
4.      Orang memilih satu dari beberapa alternatif perilaku berdasarkan besarnya harapan memperoleh hasil dari sebuah perilaku.
Atas dasar asumsi tersebut, Nadler dan Lawler menyusun model harapan yang terdiri dari 3 komponen, yaitu :
1. NILAI (Valence)
Setiap bentuk insentif punya nilai positif atau negatif bagi seseorang. Juga apakah nilai itu besar atau kecil bagi seseorang.
Contoh : Seorang karyawan mendapatkan suatu penghargaan dari perusahaan dengan diberikan plakat, karena bakti kepada perusahaan selama sekian tahun. Tetapi, dampak negatifnya dapat membuat kecemburuan social terhadap karyawan lain. plakat hanya berupa sebuah pajangan yang mempunyai nilai kecil hanya untuk kepuasaan pribadi tidak bias dikomersilkan.
2. INSTRUMENTALITAS
Adanya hubungan antara pekerjaan yang harus dilakukan dengan harapan yang dimiliki. Jadi jika pekerjaan dilihat bisa merupakan alat untuk mendapatkan apa yang diharapkan timbullah motivasi kerja.
Contoh : seseorang mengikuti sebuah lembaga multi level marketing (MLM) dengan mengharapkan keuntungan yang berlimpah, karena bila mengandalkan insentif dari perusahaan tidak cukup memadai sebab bisnis MLM ini cukup menjanjikan.
3. PENGHARAPAN
Persepsi tentang besarnya kemungkinan keberhasilan mencapai tujuan/hasil kerja.
Contoh: seorang karyawan mendapatkan insentif lebih bila melakukan kerja lembur.
Harapan kinerja-hasil. Orang mengharapkan sesuatu dari perilakunya. Harapan ini Hasil dari sebuah perilaku mempunyai kekuatan untuk menggerakkan motivasi. Dampak daya motivasi untuk setiap orang tidak sama. Harapan upaya-kinerja. Antisipasi tentang sulitnya mencapai suatu hasil mempengaruhi orang untuk memilih alternatif perilaku.
Teori pengharapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantar kesuatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional, seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan tersebut.
Contohnya : Seorang karyawan pada bagian/divisi penjualan berupaya meraih target penjualan tertentu untuk mendapatkan bonus berupa liburan ke luar negeri. Dalam teori harapan, karyawan tersebut berusaha mendapatkan kesempatan untuk memenuhi target karena ingin pergi ke luar negeri.

4. TEORI TUJUAN
Teori ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator. Hampir setiap orang menyukai kepuasan kerja karena mencapai sebuah tujuan spesifik. Saat seseorang menentukan tujuan yang jelas, kinerja biasanya meningkat sebab:
• Ia akan berorientasi pada hal hal yang diperlukan
• Ia akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut
• Tugas tugas sebisa mungkin akan diselesaikan
• Semua jalan untuk mencapai tujuan pasti ditempuh
Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan).
Penetapan tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri, diwajibkan oleh organisasi sebagai satu kebijakan peusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan ia akan memiliki keterikatan (commitment) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Bila seorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu tertentu dapat terjadi bahwa keterikatan terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.
Contohnya : Seorang siswa yang memiliki tujuan mendapatkan peringkat pertama di kelasnya ia akan belajar dengan sungguh-sungguh.

5.Teori Kebutuhan Maslow
Dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
(1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex
(2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
(3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
(4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
(5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
a. Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
b. Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
c. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
Contohnya: Need of self Actualization
Pak Rudi adalah seorang pensiunan direktur disuatu perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan, sudah dua tahun ia pensiun dari perusahaan tersebut dan posisinya sebagai direktur, kini digantikan oleh anaknya Samy. Semenjak ia pensiun, semua urusan perusahaan ditangani oleh Samy tanpa kecuali, ia tidak ingin ayahnya terbebani pikiran karena sudah pensiun. Walau merasa dirinya sudah pensiun Pak Rudi ingin sekali berpartisipasi mengembangkan perusahaan, namun anaknya melarang karena merasa ayahnya itu sudah lebih baik dirumah saja. Pak Rudi merasa kebutuhan akan aktualisasi dirinya tidak terpenuhi, karena walau ia sudah pensiun, ia ingin membuktikan bahwa ia masih berkompeten dengan pengalaman-pengalamannya demi perkembangan perusahaannya.


Artikel

INDONESIAN SEVEN SUMMITS EXPEDITION MAHITALA UNPAR, MAHITALA UNPAR SUKSES MELENGKAPI PENDAKIAN 7 PUNCAK DUNIA
27 April 2012


Perjuangan Bangsa Indonesia dalam mencapai atap-atap tinggi di dunia akhirnya membuahkan hasil yang amat membanggakan. Lewat empat pendakinya yang tergabung dalam kelompok pencinta alam Mahitala Unpar, Sofyan Arief Fesa (28), Xaverius Frans (24), Broery Andrew Sihombing (22), dan Janatan Ginting (22) akhirnya berhasil menapaki puncak tertinggi di Benua Amerika Utara yaitu Denali (6.194 meter di atas permukaan laut). Dan dari mereka berempatlah gelar The Seven Summiters dipersembahkan bagi untuk pertama kalinya bagi Bangsa Indonesia.
Pendakian menuju Puncak Denali bukanlah perkara yang mudah. Menurut Sofyan, Denali memiliki cuaca yang tidak bisa diprediksi karena sangat cepat untuk berubah. Ketiadaan tenaga angkut atau porter membuat tim harus mengangkut perbekalannya sendiri-sendiri. Dengan sistem Himalayan Tactic atau sistem turun naik, 4 anggota tim yang tergabung dalam tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) seringkali harus berjalan bolak balik dari camp ke camp untuk mengangkut perbekalan dalam 2 kali sorti.
Perjalanan menuju Puncak Denali dimulai dari Base Camp Denali di ketinggian 2.225 mdpl atau lebih di kenal dengan nama South East Fork (SE Fork). Tim ISSEMU mencapai SE Fork (24/6) yang terletak di padang salju Kahiltna dengan menggunakan pesawat tipe Fokker yang diberangkatkan dari Talkeetna. Sebuah kota persinggahan terakhir yang kerap dikunjungi oleh para pendaki Denali. Dari SE Fork, Tim ISSEMU memutuskan untuk membawa seluruh perlengkapan mereka menuju Camp 1 (2.407 mdpl). Perjalanan dimulai pada pk 23.40 waktu setempat (24/6) atau pk 14.40 wib (25/6) dan tiba di Camp 1 pada pk 06.15 waktu setempat (25/6) atau 21.15 wib (25/6). Ekspedisi Denali kali ini, tim ISSEMU tidak membutuhkan bantuan alat penerangan karena pada musim pendakian kali ini matahari selalu menunjukkan kegarangannya di Alaska.
Hambatan Cuaca Buruk
Komunikasi dengan Tim pendaki ISSEMU dilakukan dengan berbagai cara. Tim pendaki ISSEMU dibekali telepon satelit yang berfungsi untuk menelepon dan mengirimkan sms langsung kepada tim pendukung di Bandung. Mereka juga membawa notebook yang berfungsi untuk mengirimkan gambar dan cerita pendek. Selain satphone dan notebook, tim pendaki melengkapi peralatan komunikasi dengan sebuah Global Positioning System(GPS) dengan satellite communicator sehingga pergerakan mereka hari ke hari dapat dipantau melalui sebuah website. Selain itu dengan peralatan tersebut, mereka bisa mengirimkan posisi terakhir berikut dengan pesan singkat ke jejaring sosial Facebook dan Twitter. Melalui semua peralatan komunikasi itulah tim pendaki kerap mengabarkan bahwa cuaca mulai tidak bersahabat lepas dari SE Fork. Pada tanggal 27 Juni 2011, semua pendakian di Denali dihentikan karena cuaca buruk yang tiba-tiba datang. Baru keesokan harinya (28/6) tim pendaki ISSEMU mulai bergerak dari Camp 1 menuju Camp 2 (3.048 mdpl) untuk melaksanakan pengangkutan sorti pertama. Memalui keputusan singkat yang dibuat oleh Matthew Emnt, seorang pemandu dari Alpine Ascents International (AAI), jumlah camp pendakian yang semula direncanakan 5 buah akhirnya harus dipotong menjadi 4 buah camp saja untuk menuju puncak dengan jarak antar camp yang semakin jauh dibanding perencanaan semula.
Dengan pergerakan yang perlahan-lahan namun pasti, tim bergerak dari camp ke camp untuk terus menambah ketinggian di tengah hujan salju, kabut tebal, dan angin kencang. Kendati dengan perjalanan yang amat melelahkan karena buruknya cuaca, akhirnya dapat dilaporkan bahwa tim pendaki ISSEMU telah berhasil mencapai Camp 3 (4.267 mdpl). Menurut pemantauan tim pendukung ISSEMU bahwa tingkat kesulitan pada pendakian Denali akan dimulai dari sini. Perjalanan dari Camp 3 menuju Camp 4 sangatlah curam. Tim pendaki harus melalui medan dengan kemiringan antara 44-50 derajat dan medan yang bervariasi antara es dan salju ditambah dengan cuaca yang buruk. Pada titik ketinggian tertentu, pendakian harus dibantu dengan penggunaan tali yang sudah disediakan (fixed rope).
Menyelesaikan 7 Summits Pada Tanggal 7 bulan 7
Memalui telp satelit, Sofyan mengabarkan bahwa perpindahan logistik pendakian menuju Camp 4 (5.242 mdpl) telah selesai (6/7). Ini menandakan bahwa inilah saatnya Tim ISSEMU akan segera menggelar pendakian menuju Puncak Denali secepat mungkin. Tapi sayang mereka harus bersabar untuk meraih Puncak Denali esok harinya (7/7).Summit Ridge yang akan melewati menuju puncak Denali tertimbun salju yang amat tebal karena cuaca buruk yang tiba-tiba datang. Rest day kembali dilakukan oleh Tim Pendaki ISSEMU. Pada hari itu pula Sofyan kembali menghubungi Base Camp Bandung untuk mengabari penundaan ini dan akan merencanakan summit day esok harinya (8/7). Tiba akhirnya cuaca di Denali menjadi berangsur-angsur cerah pada hari ini. Tim Pendaki ISSEMU segera untuk mempersiapkan semua peralatan yang akan dilakukan untuk melakukan “penyerangan menuju puncak”. Tim berjalan meninggalkan High Camp pada pukul 09.20(7/7) waktu setempat atau setara dengan pukul 01.00 (8/7) WIB. Perjalanan dari High Camp menuju Puncak Denali merupakan bagian yang tersulit dari keseluruhan pendakian karena mereka akan menghadapi 2,5 km jarak tempuh dan perbedaan elevasi hingga hampir 1 km. Dari High Camp, tim pendaki ISSEMU akan melintasi sebuah padang salju yang panjang dan cukup datar. Akhirnya padang salju tersebut akan berakhir di sebuah lokasi yang sering disebut sebagai The Autobahn. The Autobahn adalah sebuah bukit dengan elevasi 365 meter. Di Autobahn pendaki akan dipaksa berjalan mendatar dan menanjak pada kemiringan 50-60 derajat. Teknik ini dikenal dengan nama teknik konturing (traversing) atau berjalan mengikuti garis kontur pada peta. Lepas dari Autobahn, pendaki akan bertemu dengan sebuah celah besar di ketinggian 5.547 mpdl. Celah ini dikenal dengan nama Denali Pass. Selepas Denali Pass, pendaki akan bertemu dengan sebuah padang salju yang menyerupai lapangan sepak bola yang dikenal dengan nama Football Field. Berjalan santai melintasi Football Field di ketinggian 5.900 mdpl akan merasakan suatu sensasi yang berbeda karena di ketinggian tersebut kita masih bisa berjalan dengan tenang untuk menggapai detik-detik akhir menuju puncak Denali. Perjuangan belum berakhir, tim pendaki harus melalui sebuah bukit kecil yang diberi nama Pig Hill (6.120 mdpl). Dan di puncak Pig Hill pendaki akan lebih berdebar kembali karena mereka akan melewati seksi akhir dari perjalanan panjang mereka menuju Puncak Denali. Summit Ridge atau punggungan akhir menuju Puncak Denali akan mengucapkan selamat datang kepada para pendaki sebelum mencapai poin tertinggi di Amerika Utara, Puncak Denali. Lewat serangkaian percobaan dan tantangan alam yang menghadang di depan mata akhirnya Bendera Merah Putih dapat ditancapkan dan dikibarkan dengan gagah di titik tertinggi Benua Amerkia Utara. Tim pendaki melintas perlahan-lahan pada punggungan tipis sambil menatap ke depan. Akhirnya tepat pada pukul 17.37 waktu setempat atau sekitar pk 08.35 wib Sofyan mengabarkan bahwa selama perjalanan menuju puncak cuacanya amat cerah tetapi angin bertiup kencang sehingga suhu bisa turun hingga thermometer menunjukkan angka -15 C. Saat di puncak, tim ISSEMU bergabung bersama 40 pendaki mancanegara yang bersama-sama dari High Camp melakukan summit attack pada hari itu. Pada saat Sofyan mengabarkan berita terbaru melalui email, tim sudah tiba kembali di High Camp setelah berjalan turun dengan cepat dari Puncak Denali. Total perjalanan mereka dari High Camp – Puncak Denali – High Camp mereka tempuh dalam waktu 12,5 jam. Tim juga mengabarkan bahwa mereka akan turun menuju Base Camp esok hari (9/7) dengan lama tempuh selama 2 hari non stop dan berencana untuk bermalam di Camp 3.
Berikut video dokumenter pendakiannya
7 Summiters Pertama Untuk Indonesia
Dengan suksesnya pendakian Denali ini, maka Mahitala Unpar dengan Tim ISSEMUnya memposisikan Indonesia menjadi negara ke 53 yang berhasil menuntaskan seven summits dan menjadikan para pendakinya menjadi seven summiters bersama 275 pendaki dari seluruh dunia yang berhasil memiliki gelar yang prestisius tersebut. Sebelumnya Tim pendaki ISSEMU berhasil mendaki Carstensz Pyramid (4.848 mdpl) di Papua, Kilimanjaro (5.189 mdpl) di Afrika, Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia, Vinson Massif (4.889 mdpl) di Antartika, Puncak Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina dan Everest (8.848 mdpl) di Nepal/China. Kesuksesan rangkaian pendakian seven summits ini juga tidak lepas dari dukungan penuh dari PT. Mudking Asia Pasifik Raya (MKAPR), sebuah perusahaan yang bergerak di dalam bisnis pengeboran minyak dan gas bumi. Melalui program CSR, PT.MKAPR memberikan komitmen penuh untuk mengharumkan dan mengangkat derajat bangsa di dalam peta pendakian dunia.
Demikian kisah pendakian reakan – rekan kita dari MAHITALA UNPAR yang sukses menggapai 7 puncak tertinggi dunia, semoga saja kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua. Pesan moral yang terkandung dalam kisah ini adalah, takada yang tak mungkin untuk di gapai, semua bisa di gapai walau harus banyak berkorban dsan bersusah payah. tapi yakinlah bila ada niat pasti ada jalan yang akan akan terbuka. Keep Spirit!!!



menurut analisis saya dari artikel di atas tentang para pendaki yang menakhlukan tujuh puncak tertinggi dunia masuk ke dalam teori motivasi tujuan hal itu dikarnakan
Teori ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator sehingga para pendaki bisa mencapai puncak.



              Basuki, A.M. Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Gunadarma.
              www.google.com
              http://bocahrimba.files.wordpress.com/2012/04/388155_310329712329821_142974512398676_1166534_332912238_n.jpg




Kamis, 26 September 2013

Definisi serta Dimensi Komunikasi , Definisi Leadership dan Teori Kepemimpinan

Definisi serta Dimensi Komunikasi , Definisi Leadership dan Teori Kepemimpinan


Definisi Komunikasi
Komunikasi atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti 'sama'. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make to common). Secara sederhana komuniikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (communication depends on our ability to understand one another). Dan jika kita hubungkan dengan teori  Behaviorisme semua perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus).  Jadi komunikasi adalah suatu proses penyampaian  (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain dengan adanya suatu kesamaan yang direspons karna adanya rangsangan.
Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Dimensi Komunikasi

1 . Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
a.Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b.Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektifdan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c.Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesansecara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinyabila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d.Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkanstress dan nyeri. Tertawamempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakansatu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e.Singkat dan jelas. Komunikasiakan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f.Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorangbersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-katadan komunikasi non verbal memberikan artipada komunikasi verbal. Yang termasuk komunikasi non verbal : Macam dan Bentuk Komunikasi
a Ekspresi wajah
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasiatau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat danmenghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikanbukan sekedarmendengarkan. Melalui kontak matajuga memberikan kesempatan pada orang lainuntuk mengobservasi yang lainnya
c. Sentuhanadalah bentuk komunikasi personalmengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesanseperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayangatau simpati dapat dilakukan melaluisentuhan.
d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisanjuga salah satu ungkapan perasaandan pikiranseseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikandengan semua bentuk komunikasinon verbal lainnyasampai desisatau suaradapatmenjadi pesan yang sangatjelas.
f. Gerak isyarat adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasiseperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkantanganselama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaanstressbingung atausebagai upaya untuk menghilangkan stress.

Definisi Kepemimpinan Leadership

kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Teori-teori dalam Kepemimpinan
a) Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan; – sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; – kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.

b) Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
Ø Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
Ø Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
c) Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang.
Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.

Teori X dan Y Douglas McGregor

teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.
A. Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
B. Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Penelitian teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur. Teori Z dapat anda baca di artikel lain di situs organisasi.org ini. Gunakan fasilitas pencarian yang ada untuk menemukan apa yang anda butuhkan.

Teori Sistem 4 Rensis Likert

Gaya kepemimpian yaitu sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan. Dalam gaya yang ber orientasi pada tugas ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut:
• Pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan.
• Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahan.
• Pemimpin meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan sesuai dengan keinginannya.
• Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pengembangan bawahan.
Sedangkan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan atau bawahan
ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut:
• Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan kepada
bawahan.
• Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
• Pemimpin lebih bersifat kekeluargaan, saling percaya dan kerja sama, saling
menghormati di antara sesama anggota kelompok.
Sebagai pengembangan, maka para ahli berusaha dapat menentukan mana di antara
kedua gaya kepemimpinan itu yang paling efektif untuk kepentingan organisasi atau
perusahaan. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam menjalankan gaya kepemimpinan
adalah ada empat sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat system tersebut terdiri dari:
1.                  Sistem 1, otoritatif dan eksploitif: manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan oleh manajer. Manajemen menggunakan rasa takut dan ancaman; komunikasi atas ke bawah dengan kebanyakan keputusan diambil di atas; atasan dan bawahan memiliki jarak yang jauh;
2.                  Sistem 2, otoritatif dan benevolent: manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Manajemen menggunakan penghargaan;, informasi mengalir ke atas dibatasi untuk manajemen apa yang ingin didengar dan keputusan kebijakan sementara datang dari atas beberapa keputusan yang ditetapkan dapat dilimpahkan ke tingkat yang lebih rendah, atasan mengharapkan kepatuhan bawahan
3.                  Sistem 3, konsultatif: manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan – keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman. Manajemen menawarkan hadiah, kadang-kadang hukuman; keputusan besar datang dari atas sementara ada beberapa yang lebih luas keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan komunikasi rincian ke bawah ke atas sementara komunikasi penting hati-hati.
4.                  Sistem 4, partisipatif: adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting. Manajemen kelompok mendorong partisipasi dan keterlibatan dalam menetapkan tujuan kinerja yang tinggi dengan beberapa penghargaan ekonomi; komunikasi mengalir ke segala arah dan terbuka dan jujur dengan pengambilan keputusan melalui proses kelompok dengan masing-masing kelompok terkait dengan orang lain dengan orang-orang yang menjadi anggota lebih dari satu kelompok yang disebut menghubungkan pin; dan bawahan dan atasan dekat. Hasilnya adalah produktivitas yang tinggi dan lebih baik hubungan industrial.

Seorang manajer dan supervisor harus selalu menyesuaikan perilaku memperhitungkan karyawan aktual, mengadaptasi prinsip-prinsip umum untuk harapan-harapan, nilai-nilai dan keterampilan yang mereka miliki. Organisasi harus menghasilkan kondisi yang mendorong setiap manajer untuk menangani sensitif dengan mereka. Meskipun dimungkinkan untuk memiliki pekerjaan yang terpusat, manajemen tangguh, yang dapat mencapai produktivitas yang tinggi melalui sistem kontrol masih akan ada yang tidak menguntungkan mereka dan kami sikap antara karyawan terhadap pekerjaan dan manajemen, dengan pergantian buruh yang lebih tinggi dan lebih besar pekerja dan manajemen konflik. Suatu organisasi harus memiliki kesatuan integratif di mana hal-hal apa yang terjadi pada individu dan apa yang penting bagi organisasi adalah sebagai satu.

Rensis Likert memperluas studi kepemimpinan Michigan dengan penelitian ke dalam apa yang membedakan manajer yang efektif dari manajer tidak efektif. Di New Patterns of Management (1961) ia menulis bahwa "atasan dengan catatan terbaik, kinerja utama mereka fokus perhatian pada aspek manusia bawahan mereka 'masalah dan berusaha untuk membangun kelompok kerja yang efektif dengan tujuan kinerja tinggi. "Likert mendefinisikan dua gaya manajer.

1. Pekerjaan berpusat pada manajer, ditemukan untuk menjadi yang paling produktif
2. Karyawan berpusat manajer, ditemukan untuk menjadi yang paling efektif.

Likert juga menemukan bahwa manajer yang efektif menetapkan tujuan-tujuan spesifik, tetapi memberikan kebebasan karyawan dalam cara mereka mencapai tujuan tersebut. Hal ini telah disebut pengawasan umum, sebagai lawan dari pengawasan yang ketat. Dalam jargon bisnis modern ini disebut pemberdayaan.
Organisasi dan Karakteristik Kinerja Sistem Manajemen Berbeda
·                     System 1 tidak percaya takut, ancaman, dan hukuman sedikit interaksi, selalu ada ketidakpercayaa
·                     System 2 master / hamba imbalan dan hukuman sedikit interaksi, selalu berhati-hati
·                     System 3 substansial tapi tidak lengkap kepercayaannya penghargaan, hukuman, beberapa keterlibatan moderat interaksi, beberapa kepercayaan
·                     Sistem 4 kepercayaan penuh tujuan yang didasarkan pada partisipasi dan perbaikan luas interaksi. Friendly, kepercayaan yang tinggi.

Teori  Tannen Baum dan Schmidt (1973)
Keberhasilan menerapkan manajemen perubahan antara lain sangat ditentukan oleh gaya (style) yang diadopsi manajemen. Teori ini berpendapat tingkat keberhasilan pengmbilan keputusan sangat ditentukan oleh sejumlah gaya yang dianut dalam mengelola perubahan. Gaya/cara yang dimaksud lebih menyangkut pengambilan keputusan dan implementasi. Seseorang dapat melakoni gaya kepemimpinan dalam suatu horizon mulai dari yang sangat otokratik hingga partisipatif.

Dengan demikian, maka menurut teori ini tidak selalu komotmen dan partisipasi bawahan diperlukan. Semua ini memerlukan analisis dan diagnosis mengenai kesiapan kedua belah pihak, yaitu atasan dan bawahan, baik sikap mental, motivasi, maupun kompetensinya.
Teori ini merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt. Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.

Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.

Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.
Menurut teori kontinuun ada tujuh tingkatan hubungan peminpin dengan bawahan :

1. Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
2. Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
3. Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
4. Pemimpin memberikan keputusan tentative, dan keputusan masih dapat diubah.
5. Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan (consulting).
6. Pemimpin menentukan batasan – batasan dan minta kelompok untuk membuat peputusan.
7. Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan (joining).

Jadi, berdasarkan teori continuum, perilaku pemimpin pada dasarnya bertitik tolak dari dua pandangan dasar :
1. Berorientasi kepada pemimpin.
2. Berorientasi kepada bawahan.

NAMA  : GUNTUR HAMONANGAN
KELAS  : 3pa08
NPM     : 13511110


Sumber :

www.google.com