Jumat, 22 November 2013

Mengendalikan Fungsi Manajemen


Mengendalikan Fungsi Manajemen



Defnisi Mengendalikan
Menurut Herujuito (2001) controlling yaitu kegiatan menyesuaikan antara pelaksanaan dan rencana – rencana yang telah ditentukan.
Menurut Umar (2000) Pengendalian (controlling) manajemen adalah usaha sistematis untuk menetapkan standar prestasi dan perencanaan sasarannya guna mendesain sistem informasi umpan balik, membandingkan sistem kerja dengan standar yang telah ditetapkan lebih dulu, menentukan adanya penyimpangan dan mencatat besa kecil penyimpan, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa semua sember perusahaan dimanfaatkan secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
Mengendalikan ( controlling) adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun atau diberi standar dan mengadakan koreksi atau evaluasi jika terjadi hal-hal yang berlainan.

Langkah-langkah Mengendalikan ( controlling )
Proses mengendalikan atau controlling akan berjalan dengan mudah, lancar, dan sesuai sasaran jika sudah ada standar kinerjanya, maka dari itu diperlukan langkah-langkah dalam mengendalikan atau controlling, berikut adalah langkah – langkahnya yaitu :
  1. menetapkan standar 
  2. mengukur prestasi kerja
  3. membandingkan prestasi dengan standar yang ada
  4. mengambil tindakan korektif atas prestasi kerja atau evaluasi

Tipe-tipe Control

A. Tipe – tipe control yaitu :
  1. pengawasan pendahuluan (preliminary control)
  2. pengawasan pada saat kerja belangsung (cocurrent control)
  3. pengawasan feed back (feed back control) 

B. Berdasarkan bagian yang akan diawasi pengawasan dibedakan atas :
  1. Pengendalian karyawan (Personal control).
    Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan pegawai, apakah pegawai bekerja sesuai dengan perintah, rencana, tata kerja, absensi pegawai dan lain-lain.
  2. pengendalian keuangan (financial control)
    Pengendalian ini ditujukan untuk hal-hal yang menyangkut keuangan,tentang pemasukan dan pengeluaran,biaya-biaya perusahaaan termasuk pengendalian anggaranya.
  3. pengendalian produksi (Production control).
    Yaitu pengendalian yang difokuskan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
  4. Pengendalian waktu (Time control)
    Pengendalian ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya apakah waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
  5. pengendalian teknis (Technical control)
    Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan dengan tindakan dan teknis pelaksanaan.
  6. Pengendalian kebijaksanaan (Policy control).
    pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai apakah kebijaksanaan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang digariskan.
  7. pengendalian penjualan (Sales control)
    Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah produksi yang dihasilkan terjual sesuai rencana yang ditentukan.
  8. Pengendalian inventaris (inventory control)
    Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah inventaris perusahaan masih ada semuanya atau ada yang hilang.
  9. Pengendalian pemeliharaan (maintenance control)
    Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah semua inventaris perusahaan dan kantor terpelihara atau tidak,dan mengetahui kerusakan. reksi itu harus dikenakan.

Kontrol Proses Manajemen



Langkah-langkah proses pengendalian :
  1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian.
  2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.
  3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standard an menentukan penyimpangan jika ada.
  4. Melakukan evaluasi atau tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana. Rencana juga perlu dinilai ulang dan dianalisis kembali,apakah sudah benar-benar realistis atau tidak.jika belum benar atau realistis maka rencana itu harus diperbaiki.

Cara-cara pengendalian :
1. Pengawasan langsung
Pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manajer.Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui apakah apakah dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai dengan yang dikehendakinya. 
Kebaikan :
  1. Jika ada kesalahan dapat diketahui sedini mungkin,sehingga perbaikanya dilakukan dengan cepat.
  2.  Akan terjadi kontak langsung antara bawahan dan atasan,sehingga akan memperdekat hubungan antara atasan dan bawahanya.
  3. Akan memberikan kepuasan tersendiri bagi bawahan,karena merasa diperhatikan atasanya.
  4. Akan tertampung sumbangan pikiran dari bawahan yang mungkin bisa berguna bagi kebijaksanaan selanjutnya.
  5.  Akan dapat menghindari timbulnya kesan laporan “asal Bapak senang” (ABS).
Keburukan :
  1. Waktu seorang manajer banyak tersita,sehingga waktu untuk pekerjaan lainya berkurang,misalnya planning lain-lainya.
  2. Mengurangi inisiatif bawahan,karena mereka merasa bahwa atasanya selalu mengamatinya.
  3. Ongkos semakin besar karena adanya biaya perjalanan dan lain-lainya.
  4. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara inspeksi langsung,observasi di tempat (on the spot observation) dan laporan di tempat (on the spot report)

2. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan jarak jauh dengan melalui laporan oleh bawahan baik secara lisan maupun tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasi-hasil yang dicapai. 
Kebaikan :
  1. Waktu manajer untuk mengerjakan tugas-tugas lainya semakin banyak,misalnya perencanaan,kebijaksanaan,dan lain-lain.
  2. Biaya pengawasan relatif kecil.
  3. Memberikan kesempatan inisiatif bawahan berkembang dalam melaksanakan pekerjaan.
Keburukan :
  1. Laporan kadang-kadang kurang objective,karena ada kecendrungan untuk melaporkan yang baik-baik saja.
  2. Jika ada kesalahan-kesalahan terlambat mengetahuinya,sehingga perbaikanya pun terlambat.
  3. Kurang menciptakan hubungan-hubungan antara atasan dan bawahan.

3. Pengawasan berdasarkan kekecualian
Pengendalian yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan,pengendalian ini dilakukan dengan cara kombinasi langsung dan tidak langsung oleh manajer.



NAMA : GUNTUR HAMONANGAN
NPM : 13511110

Sumber : Mulyadi (2007) system perencanaan dan pengendalian manajemen. Jakarta :  
                salemba empat
Handoko,T.Hani.2009.BPFE : Yogyakarta
Ruky, A. (2002) Sukses sebagai manajer professional tanpa gelar MM atau MBA. Jakarta :
                Gramedia pustaka utama
https://www.google.com/search?q=mengendalikan+fungsi+manajemen&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=qTGQUoa6LceVrgfk0YHoCg&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=1366&bih=677#q=manajemen&tbm=isch&facrc=_&imgdii=_&imgrc=k6kRiZw2uUumXM%3A%3B0bvzXuzcD5PAqM%3Bhttp%253A%252F%252Fptpower.com%252Fwp-content%252Fuploads%252F2009%252F02%252Ftime-management-mindmap.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fptpower.com%252Fwhen-poor-time-management-killing-your-fitness-marketing-mojo%252F%3B800%3B566

Sabtu, 02 November 2013

Motivasi



MOTIVASI



Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan.
Teori Teori Motivasi
1. Teori Drive
Pengertian Teori Drive
Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri seseorang. Contohnya Freud ( 1940-1949 ) berdasarkan ide-idenya tentang kepribadian pada bawaan, dalam kelahiran, dorongan seksual dan agresif, atau drive (teorinya akan diterangkan secara lebih detail dalam bab kepribadian). Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut : ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong.
Pada manusia dapat mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan memuaskan. Jadi motivasi dapat dikatakan terdiri dari:
1. Suatu keadaan yang mendorong
2. Perilaku yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong
3. Pencapaian tujuan yang memadai
4. Pengurangan dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang tercapai
Setelah keadaan itu, keadaan terdorong akan muncul lagi untuk mendorong perilaku ke arah tujuan yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja diuraikan seringkali disebut lingkaran korelasi.
Teori-teori Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau binatang bertindak. Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar dalamkeaslian keadaan terdorong.
Karena penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan heroin, contohnya mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut, dan karena itu mendorong ke arah itu. Dan dalam realisasi motif sosial, orang telah belajar dorongan untuk kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong yang dipelajari menjadi ciri abadi dari orag tertentu dan mendorong orang itu ke arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain dan didorong ke arah tujuan yang berbeda.
Contohnya : seorang mahasiswa yang terdorong untuk selalu datang tepat waktu pada setiap mata pelajaran kuliah 

2. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori ini mempunyai dua aturan pokok : aturan pokok yang berhubungan dengan perolehan jawaban yang benar dan aturan pokok lain yang berhubungan dengan penghilangan jawaban-jawaban yang salah. Pengukuran dapat terjadi positif (pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang didinginkan ) atau negatif ( menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang didinginkan telah diberikan ), tetapi organisme harus membuat antara aksi atau tindakannya dengan sebab akibat.
Siegel dan Lane (1982), mengutip Jablonke dan De Vries tentang bagaimana manajemen dapat meningkatakan motivasi tenaga kerja., yaitu dengan:
1. Menentukan apa jawaban yang diinginkan
2. Mengkomunikasikan dengan jelas perilaku ini kepada tenaga kerja.
3. Mengkomunikasikan dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima. Tenaga kerja jika jawaban
    yang benar terjadi
4. Memberikan ganjaran hanya jika jika jawaban yang benar dilaksanakan.
5. Memberikan ganjaran kepada jawaban yang diinginkan, yang terdekat dengan kejadiannya.
Contohnya : Seorang mahasiswa yang dipuji oleh dosennya karna sikap kritisnya dalam diskusi kelopok di kelas.

3. Teori Harapan
Teori ini diciptakan oleh David Nadler dan Edward Lawler yang didasarkan pada empat asumsi mengenai perilaku dalam organisasi, yaitu:
1.      Perilaku ditentukan oleh kombinasi antara faktor faktor yang terdapat dalam diri orang dan faktor-faktor yang terdapat di lingkungan.
2.      Perilaku orang dalam organisasi merupakan tindakan sadar dari seseorang, dengan kata lain perilaku seseorang adalah hasi dari sebuah keputusan yang sudah diperhitungkan oleh orang tersebut.
3.      Orang mempunyai kebutuhan, keinginan dan tujuan yang berbeda.
4.      Orang memilih satu dari beberapa alternatif perilaku berdasarkan besarnya harapan memperoleh hasil dari sebuah perilaku.
Atas dasar asumsi tersebut, Nadler dan Lawler menyusun model harapan yang terdiri dari 3 komponen, yaitu :
1. NILAI (Valence)
Setiap bentuk insentif punya nilai positif atau negatif bagi seseorang. Juga apakah nilai itu besar atau kecil bagi seseorang.
Contoh : Seorang karyawan mendapatkan suatu penghargaan dari perusahaan dengan diberikan plakat, karena bakti kepada perusahaan selama sekian tahun. Tetapi, dampak negatifnya dapat membuat kecemburuan social terhadap karyawan lain. plakat hanya berupa sebuah pajangan yang mempunyai nilai kecil hanya untuk kepuasaan pribadi tidak bias dikomersilkan.
2. INSTRUMENTALITAS
Adanya hubungan antara pekerjaan yang harus dilakukan dengan harapan yang dimiliki. Jadi jika pekerjaan dilihat bisa merupakan alat untuk mendapatkan apa yang diharapkan timbullah motivasi kerja.
Contoh : seseorang mengikuti sebuah lembaga multi level marketing (MLM) dengan mengharapkan keuntungan yang berlimpah, karena bila mengandalkan insentif dari perusahaan tidak cukup memadai sebab bisnis MLM ini cukup menjanjikan.
3. PENGHARAPAN
Persepsi tentang besarnya kemungkinan keberhasilan mencapai tujuan/hasil kerja.
Contoh: seorang karyawan mendapatkan insentif lebih bila melakukan kerja lembur.
Harapan kinerja-hasil. Orang mengharapkan sesuatu dari perilakunya. Harapan ini Hasil dari sebuah perilaku mempunyai kekuatan untuk menggerakkan motivasi. Dampak daya motivasi untuk setiap orang tidak sama. Harapan upaya-kinerja. Antisipasi tentang sulitnya mencapai suatu hasil mempengaruhi orang untuk memilih alternatif perilaku.
Teori pengharapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantar kesuatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional, seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan tersebut.
Contohnya : Seorang karyawan pada bagian/divisi penjualan berupaya meraih target penjualan tertentu untuk mendapatkan bonus berupa liburan ke luar negeri. Dalam teori harapan, karyawan tersebut berusaha mendapatkan kesempatan untuk memenuhi target karena ingin pergi ke luar negeri.

4. TEORI TUJUAN
Teori ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator. Hampir setiap orang menyukai kepuasan kerja karena mencapai sebuah tujuan spesifik. Saat seseorang menentukan tujuan yang jelas, kinerja biasanya meningkat sebab:
• Ia akan berorientasi pada hal hal yang diperlukan
• Ia akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut
• Tugas tugas sebisa mungkin akan diselesaikan
• Semua jalan untuk mencapai tujuan pasti ditempuh
Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan).
Penetapan tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri, diwajibkan oleh organisasi sebagai satu kebijakan peusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan ia akan memiliki keterikatan (commitment) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Bila seorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu tertentu dapat terjadi bahwa keterikatan terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.
Contohnya : Seorang siswa yang memiliki tujuan mendapatkan peringkat pertama di kelasnya ia akan belajar dengan sungguh-sungguh.

5.Teori Kebutuhan Maslow
Dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
(1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex
(2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
(3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
(4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
(5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
a. Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
b. Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
c. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
Contohnya: Need of self Actualization
Pak Rudi adalah seorang pensiunan direktur disuatu perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan, sudah dua tahun ia pensiun dari perusahaan tersebut dan posisinya sebagai direktur, kini digantikan oleh anaknya Samy. Semenjak ia pensiun, semua urusan perusahaan ditangani oleh Samy tanpa kecuali, ia tidak ingin ayahnya terbebani pikiran karena sudah pensiun. Walau merasa dirinya sudah pensiun Pak Rudi ingin sekali berpartisipasi mengembangkan perusahaan, namun anaknya melarang karena merasa ayahnya itu sudah lebih baik dirumah saja. Pak Rudi merasa kebutuhan akan aktualisasi dirinya tidak terpenuhi, karena walau ia sudah pensiun, ia ingin membuktikan bahwa ia masih berkompeten dengan pengalaman-pengalamannya demi perkembangan perusahaannya.


Artikel

INDONESIAN SEVEN SUMMITS EXPEDITION MAHITALA UNPAR, MAHITALA UNPAR SUKSES MELENGKAPI PENDAKIAN 7 PUNCAK DUNIA
27 April 2012


Perjuangan Bangsa Indonesia dalam mencapai atap-atap tinggi di dunia akhirnya membuahkan hasil yang amat membanggakan. Lewat empat pendakinya yang tergabung dalam kelompok pencinta alam Mahitala Unpar, Sofyan Arief Fesa (28), Xaverius Frans (24), Broery Andrew Sihombing (22), dan Janatan Ginting (22) akhirnya berhasil menapaki puncak tertinggi di Benua Amerika Utara yaitu Denali (6.194 meter di atas permukaan laut). Dan dari mereka berempatlah gelar The Seven Summiters dipersembahkan bagi untuk pertama kalinya bagi Bangsa Indonesia.
Pendakian menuju Puncak Denali bukanlah perkara yang mudah. Menurut Sofyan, Denali memiliki cuaca yang tidak bisa diprediksi karena sangat cepat untuk berubah. Ketiadaan tenaga angkut atau porter membuat tim harus mengangkut perbekalannya sendiri-sendiri. Dengan sistem Himalayan Tactic atau sistem turun naik, 4 anggota tim yang tergabung dalam tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) seringkali harus berjalan bolak balik dari camp ke camp untuk mengangkut perbekalan dalam 2 kali sorti.
Perjalanan menuju Puncak Denali dimulai dari Base Camp Denali di ketinggian 2.225 mdpl atau lebih di kenal dengan nama South East Fork (SE Fork). Tim ISSEMU mencapai SE Fork (24/6) yang terletak di padang salju Kahiltna dengan menggunakan pesawat tipe Fokker yang diberangkatkan dari Talkeetna. Sebuah kota persinggahan terakhir yang kerap dikunjungi oleh para pendaki Denali. Dari SE Fork, Tim ISSEMU memutuskan untuk membawa seluruh perlengkapan mereka menuju Camp 1 (2.407 mdpl). Perjalanan dimulai pada pk 23.40 waktu setempat (24/6) atau pk 14.40 wib (25/6) dan tiba di Camp 1 pada pk 06.15 waktu setempat (25/6) atau 21.15 wib (25/6). Ekspedisi Denali kali ini, tim ISSEMU tidak membutuhkan bantuan alat penerangan karena pada musim pendakian kali ini matahari selalu menunjukkan kegarangannya di Alaska.
Hambatan Cuaca Buruk
Komunikasi dengan Tim pendaki ISSEMU dilakukan dengan berbagai cara. Tim pendaki ISSEMU dibekali telepon satelit yang berfungsi untuk menelepon dan mengirimkan sms langsung kepada tim pendukung di Bandung. Mereka juga membawa notebook yang berfungsi untuk mengirimkan gambar dan cerita pendek. Selain satphone dan notebook, tim pendaki melengkapi peralatan komunikasi dengan sebuah Global Positioning System(GPS) dengan satellite communicator sehingga pergerakan mereka hari ke hari dapat dipantau melalui sebuah website. Selain itu dengan peralatan tersebut, mereka bisa mengirimkan posisi terakhir berikut dengan pesan singkat ke jejaring sosial Facebook dan Twitter. Melalui semua peralatan komunikasi itulah tim pendaki kerap mengabarkan bahwa cuaca mulai tidak bersahabat lepas dari SE Fork. Pada tanggal 27 Juni 2011, semua pendakian di Denali dihentikan karena cuaca buruk yang tiba-tiba datang. Baru keesokan harinya (28/6) tim pendaki ISSEMU mulai bergerak dari Camp 1 menuju Camp 2 (3.048 mdpl) untuk melaksanakan pengangkutan sorti pertama. Memalui keputusan singkat yang dibuat oleh Matthew Emnt, seorang pemandu dari Alpine Ascents International (AAI), jumlah camp pendakian yang semula direncanakan 5 buah akhirnya harus dipotong menjadi 4 buah camp saja untuk menuju puncak dengan jarak antar camp yang semakin jauh dibanding perencanaan semula.
Dengan pergerakan yang perlahan-lahan namun pasti, tim bergerak dari camp ke camp untuk terus menambah ketinggian di tengah hujan salju, kabut tebal, dan angin kencang. Kendati dengan perjalanan yang amat melelahkan karena buruknya cuaca, akhirnya dapat dilaporkan bahwa tim pendaki ISSEMU telah berhasil mencapai Camp 3 (4.267 mdpl). Menurut pemantauan tim pendukung ISSEMU bahwa tingkat kesulitan pada pendakian Denali akan dimulai dari sini. Perjalanan dari Camp 3 menuju Camp 4 sangatlah curam. Tim pendaki harus melalui medan dengan kemiringan antara 44-50 derajat dan medan yang bervariasi antara es dan salju ditambah dengan cuaca yang buruk. Pada titik ketinggian tertentu, pendakian harus dibantu dengan penggunaan tali yang sudah disediakan (fixed rope).
Menyelesaikan 7 Summits Pada Tanggal 7 bulan 7
Memalui telp satelit, Sofyan mengabarkan bahwa perpindahan logistik pendakian menuju Camp 4 (5.242 mdpl) telah selesai (6/7). Ini menandakan bahwa inilah saatnya Tim ISSEMU akan segera menggelar pendakian menuju Puncak Denali secepat mungkin. Tapi sayang mereka harus bersabar untuk meraih Puncak Denali esok harinya (7/7).Summit Ridge yang akan melewati menuju puncak Denali tertimbun salju yang amat tebal karena cuaca buruk yang tiba-tiba datang. Rest day kembali dilakukan oleh Tim Pendaki ISSEMU. Pada hari itu pula Sofyan kembali menghubungi Base Camp Bandung untuk mengabari penundaan ini dan akan merencanakan summit day esok harinya (8/7). Tiba akhirnya cuaca di Denali menjadi berangsur-angsur cerah pada hari ini. Tim Pendaki ISSEMU segera untuk mempersiapkan semua peralatan yang akan dilakukan untuk melakukan “penyerangan menuju puncak”. Tim berjalan meninggalkan High Camp pada pukul 09.20(7/7) waktu setempat atau setara dengan pukul 01.00 (8/7) WIB. Perjalanan dari High Camp menuju Puncak Denali merupakan bagian yang tersulit dari keseluruhan pendakian karena mereka akan menghadapi 2,5 km jarak tempuh dan perbedaan elevasi hingga hampir 1 km. Dari High Camp, tim pendaki ISSEMU akan melintasi sebuah padang salju yang panjang dan cukup datar. Akhirnya padang salju tersebut akan berakhir di sebuah lokasi yang sering disebut sebagai The Autobahn. The Autobahn adalah sebuah bukit dengan elevasi 365 meter. Di Autobahn pendaki akan dipaksa berjalan mendatar dan menanjak pada kemiringan 50-60 derajat. Teknik ini dikenal dengan nama teknik konturing (traversing) atau berjalan mengikuti garis kontur pada peta. Lepas dari Autobahn, pendaki akan bertemu dengan sebuah celah besar di ketinggian 5.547 mpdl. Celah ini dikenal dengan nama Denali Pass. Selepas Denali Pass, pendaki akan bertemu dengan sebuah padang salju yang menyerupai lapangan sepak bola yang dikenal dengan nama Football Field. Berjalan santai melintasi Football Field di ketinggian 5.900 mdpl akan merasakan suatu sensasi yang berbeda karena di ketinggian tersebut kita masih bisa berjalan dengan tenang untuk menggapai detik-detik akhir menuju puncak Denali. Perjuangan belum berakhir, tim pendaki harus melalui sebuah bukit kecil yang diberi nama Pig Hill (6.120 mdpl). Dan di puncak Pig Hill pendaki akan lebih berdebar kembali karena mereka akan melewati seksi akhir dari perjalanan panjang mereka menuju Puncak Denali. Summit Ridge atau punggungan akhir menuju Puncak Denali akan mengucapkan selamat datang kepada para pendaki sebelum mencapai poin tertinggi di Amerika Utara, Puncak Denali. Lewat serangkaian percobaan dan tantangan alam yang menghadang di depan mata akhirnya Bendera Merah Putih dapat ditancapkan dan dikibarkan dengan gagah di titik tertinggi Benua Amerkia Utara. Tim pendaki melintas perlahan-lahan pada punggungan tipis sambil menatap ke depan. Akhirnya tepat pada pukul 17.37 waktu setempat atau sekitar pk 08.35 wib Sofyan mengabarkan bahwa selama perjalanan menuju puncak cuacanya amat cerah tetapi angin bertiup kencang sehingga suhu bisa turun hingga thermometer menunjukkan angka -15 C. Saat di puncak, tim ISSEMU bergabung bersama 40 pendaki mancanegara yang bersama-sama dari High Camp melakukan summit attack pada hari itu. Pada saat Sofyan mengabarkan berita terbaru melalui email, tim sudah tiba kembali di High Camp setelah berjalan turun dengan cepat dari Puncak Denali. Total perjalanan mereka dari High Camp – Puncak Denali – High Camp mereka tempuh dalam waktu 12,5 jam. Tim juga mengabarkan bahwa mereka akan turun menuju Base Camp esok hari (9/7) dengan lama tempuh selama 2 hari non stop dan berencana untuk bermalam di Camp 3.
Berikut video dokumenter pendakiannya
7 Summiters Pertama Untuk Indonesia
Dengan suksesnya pendakian Denali ini, maka Mahitala Unpar dengan Tim ISSEMUnya memposisikan Indonesia menjadi negara ke 53 yang berhasil menuntaskan seven summits dan menjadikan para pendakinya menjadi seven summiters bersama 275 pendaki dari seluruh dunia yang berhasil memiliki gelar yang prestisius tersebut. Sebelumnya Tim pendaki ISSEMU berhasil mendaki Carstensz Pyramid (4.848 mdpl) di Papua, Kilimanjaro (5.189 mdpl) di Afrika, Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia, Vinson Massif (4.889 mdpl) di Antartika, Puncak Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina dan Everest (8.848 mdpl) di Nepal/China. Kesuksesan rangkaian pendakian seven summits ini juga tidak lepas dari dukungan penuh dari PT. Mudking Asia Pasifik Raya (MKAPR), sebuah perusahaan yang bergerak di dalam bisnis pengeboran minyak dan gas bumi. Melalui program CSR, PT.MKAPR memberikan komitmen penuh untuk mengharumkan dan mengangkat derajat bangsa di dalam peta pendakian dunia.
Demikian kisah pendakian reakan – rekan kita dari MAHITALA UNPAR yang sukses menggapai 7 puncak tertinggi dunia, semoga saja kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua. Pesan moral yang terkandung dalam kisah ini adalah, takada yang tak mungkin untuk di gapai, semua bisa di gapai walau harus banyak berkorban dsan bersusah payah. tapi yakinlah bila ada niat pasti ada jalan yang akan akan terbuka. Keep Spirit!!!



menurut analisis saya dari artikel di atas tentang para pendaki yang menakhlukan tujuh puncak tertinggi dunia masuk ke dalam teori motivasi tujuan hal itu dikarnakan
Teori ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator sehingga para pendaki bisa mencapai puncak.



              Basuki, A.M. Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Gunadarma.
              www.google.com
              http://bocahrimba.files.wordpress.com/2012/04/388155_310329712329821_142974512398676_1166534_332912238_n.jpg