KONSEP MANUSIA BERDASARKAN ALIRAN PSIKOANALISA, BEHAVIORISTIK, DAN
HUMANISTIK.
BERDASARKAN ALIRAN PSIKOANALISIS
Berbicara tentang psikoanalisis tentu
tidak bisa lepas dari seorang tokoh yang telah mempopulerkannya, yaitu Sigmund Freud (1856-1939),
dan bisa dibilang mengabdikan hidupnya untuk mengembangkan teori “canggih”nya
ini.
Menurut Nama
Freud baru dikenal pertama kalinya dalam kalangan psikologi akademis pada tahun
1909, ketika ia diundang oleh G. Stanley Hall, seorang
sarjana psikologi Amerika, untuk memberikan serangkaian kuliah di universitas
Clark di Worcester, Massachusetts.
Ada beberapa poin penting yang menjadi inti dari teori
ini sehingga mampu melahirkan konsep yang “unik” tentang manusia. Poin penting
itu adalah; kesadaran (consciousness) dan ketidaksadaran (unconsciousness),struktur
kepribadian, kecemasan (anxiety), mekanisme pertahanan
diri (defense mechanism), dan tahap perkembangan psikoseksual (psychosexual stage).
BERDASARKAN ALIRAN PSIKOLOGI
PERILAKU (BEHAVIORISME)
Konsep Manusia Dalam Aliran Behavioristik
Para ahli psikologi behavioristik
memandang manusia tidak pada dasarnya baik atau jahat. Para ahli yang melakukan
pendekatan behavioristik,memandang manusia sebagai pemberi respons (responder),
sebagai hasil dari proses kondisioning yang telah terjadi.
Dustin
& George (1977) yang dikutip oleh George & Cristiani (1981),
mengemikakan pandangan behavioristik terhadap konsep manusia, yakni :
1. Manusia di pandang sebagai individu yang pada
hakikatnya bukan individu yang baik atau yang jahat,tetapi sebagai individu
yang selalu berada dalam keadaan sedang mengalami,yang memiliki kemampuan untuk
menjadi sesuatu pada semua jenis perilaku.
2. Manusia mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol
perilakunya sendiri.
3. Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru.
4. Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama
halnya dengan perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain.
Ivey,
et al (1987) mengemukakan bahwa pernah para pendukung pendekatan behavioristik
merumuskan manusia sebagai manusia yang mekanistik dan deterministik, dimana
manusia dianggap bisa dibentuk sepenuhnya oleh lingkungan dan sedikit memiliki
kesempatan untuk memilih. Namun pendekatan behavioristik yang baru,
menitikberatkan meningkatnya kebebasan dan pilihan melalui pemahaman terhadap
dasar-dasar perilaku seseorang.
Corey
(1991) mengemukakan bahwa pada terapi perilaku, perilaku adalah hasil dari
belajar. Kita semua adalah hasil dari lingkungan sekaligus adalah pencipta lingkungan.
Tidak ada dasar yang berlaku umum bisa menjelaskan semua perilaku. Karena,
setiap perilaku ada kaitanya dengan sumber yang ada di lingkungan yang
menyebabkan terjadinya sesuatu perilaku tersebut.
Albert
Bandura (1974, 1977, 1986) yang terkenal sebagai tokoh teori sosial-belajar,
menolak suatu konsep bahwa manusia adalah pribadi yang mekanistik dengan model
perilakunya yang deterministik. Pengubahan (modifikasi) perilaku bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar jumlah respon akan lebih banyak
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur
kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi
diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme
tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai
oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari
fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada
proses-proses mental.
Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal
dan mengubah pemahaman tentang psikologi secara drastis, Brennan (1991)
memandang munculnya Behaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner daripada
revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad
sebelumnya.
Tokoh-Tokoh
1. John Watson (1878-1958)
Setelah memperoleh gelar master dalam bidang bahasa
(Latin dan Yunani), matematika, dan filsafat di tahun 1900, ia menempuh
pendidikan di University of Chicago. Minat awalnya adalah pada filsafat,
sebelum beralih ke psikologi karena pengaruh Angell. Akhirnya ia memutuskan
menulis disertasi dalam bidang psikologi eksperimen dan melakukan studi-studi
dengan tikus percobaan. Tahun 1903 ia menyelesaikan disertasinya. Tahun 1908 ia
pindah ke John Hopkins University dan menjadi direktur lab psi di sana. Pada
tahun 1912 ia menulis karya utamanya yang dikenal sebagai ‘behaviorist’s
manifesto’, yaitu “Psychology as the Behaviorists Views it”.
2. Clark L. Hull (1884-1952)
Hull menamatkan Ph.D dalam bidang psikologi dari
University of Wisconsin dan mengajar di sana selama 10 tahun, kemudian mendapat
gelar professor dari Yale dan menetap di uni ini hingga masa pensiunnya.
Sepanjang karirnya, Hull mengembangkan ide di berbagai bidang psikologi,
terutama psikologi belajar, hipnotis, teknik sugesti. Metode yang paling sering
digunakan adalah eksperimental lab.
3. B.F. Skinner (1904-1980)
Prinsip-prinsip utama pandangan Skinner:
Descriptive behaviorism, pendekatan eksperimental yang
sistematis pada perilaku yang spesifik untuk mendapatkan hubungan S-R.
Pendekatannya induktif. Dalam hal ini pengaruh Watson jelas terlihat
Empty organism, menolak adanya proses internal pada
individu.
Menolak menggunakan metode statistical, mendasarkan
pengetahuannya pada subyek tunggal atau subyek yang sedikit namun dengan
manipulasi eksperimental yang terkontrol dan sistematis.
4. Albert Bandura (1925 - ..)
Bandura lahir di Canada, memperoleh gelar Ph. D dari
University of Iowa dan kemudian mengajar di Stanford Uni.
Sebagai seorang behaviorist, Bandura menekankan
teorinya pada proses belajar tentang respon lingkungan. Oleh karenya teorinya
disebut teori belajar sosial, atau modeling.
Prinsipnya adalah perilaku merupakan hasil interaksi
resiprokal antara pengaruh tingkah laku, koginitif dan lingkungan. Singkatnya, Bandura
menekankan pada proses modeling sebagai sebuah proses belajar.
BERDASARKAN ALIRAN HUMANISTIK
Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama
psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap
pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan
dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik ia adalah
alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi humanistik yang lainnya
merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalis.
Keyakinan ini membawa kepada usaha meningkatkan kualitas manusia seperti
pilihan, kreativitas, interaksi fisik, mental dan jiwa, dan keperluan untuk
menjadi lebih bebas. Situs yang sama menyebutkan bahwa psikologi humanistik
juga didefinisikan sebagai sebuah sistem pemikiran yang berdasarkan kepada
berbagai nilai, sifat, dan tindak tanduk yang dipercayai terbaik bagi manusia.
Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri
utama, yaitu, psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai
pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia. Kedua, ia menawarkan
pengetahuan yang luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku
manusia. Ketiga, ia menawarkan metode yang lebih luas akan kaedah-kaedah yang
lebih efektif dalam pelaksanaan psikoterapi. Pokok persoalan dari psikologi
humanistik adalah pengalaman subjektif manusia, keunikannya yang membedakan
dari hewan-hewan, sedangkan area-area minat dan penelitian yang utama dari
psikologi humanistik adalah kepribadian yang normal dan sehat, motivasi,
kreativitas, kemungkinan-kemungkinan manusia untuk tumbuh dan bagaimana bisa
mencapainya, serta nilai-nilai manusia Dalam metode-metode studinya, psikologi
humanistik menggunakan berbagai metode mencakup wawancara, sejarah hidup,
sastra, dan produk-produk kreatif
lainnya.
Berlainan dengan Psikoanalisis yang memandang buruk
hakikat manusia, dan Psikologi Perilaku yang memandang netral, Psikologi
Humanistik berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi-potensi yang
baik (minimal lebih banyak baiknya daripada buruknya). Psikologi Humanistik
memusatkan perhatian untuk menelaah kualitas-kualitas manusia, yaitu
sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia yang terpatri pada eksistensi manusia,
seperti: kemampuan abstraksi, daya analisis & sintesis, imajinasi,
kreativitas, kebebasan berkehendak, tanggung jawab, aktualisasi diri, makna
hidup, pengembangan pribadi, humor, sikap etis, dan rasa estetika. Metode
fenomenologi yang berusaha mengungkap pengalaman dan penghayatan seseorang
merupakan metode yang sering digunakan Psikologi Humanistik dalam menelaah
kualitas-kualitas manusia.
Psikologi Humanistik memandang manusia sebagai makhluk
yang memiliki otoritas atas kehidupan dirinya. Asumsi ini menunjukkan bahwa
manusia adalah makhluk yang sadar, mandiri, pelaku aktif yang dapat menentukan
(hampir) segalanya. Manusia adalah makhluk dengan julukan “the self
determining being” yang mampu sepenuhnya menentukan tujuan-tujuan yang
paling diinginkannya dan cara-cara mencapai tujuan itu yang dianggapnya paling
tepat.
Logoterapi, sebuah corak pandangan psikologi yang sering
dikelompokkan ke dalam Psikologi Humanistik, menemukan adanya dimensi lain pada
manusia disamping dimensi raga (somatis) dan dimensi kejiwaan (psikis), yaitu dimensi noetic (atau
sering juga disebut dimensi keruhanian(spiritual). Menurut Viktor
Frankl, sang penemu Logoterapi, pengertian ruhani di sini sama sekali tidak
mengandung konotasi agamis, tetapi dimensi ini dianggap sebagai inti
kemanusiaan, merupakan sumber makna hidup & potensi dari berbagai kemampuan
& sifat luhur manusia yang luar biasa yang sejauh ini terabaikan dari
telaah psikologi sebelumnya. Logoterapi mengajarkan bahwa manusia harus
dipandang sebagai kesatuan raga, jiwa, & ruhani yang tidak terpisahkan.
Selain itu Logoterapi menganggap hasrat untuk hidup bermakna adalah motivasi
utama manusia. Bila seseorang berhasil memenuhinya, maka akan menjadikan
hidupnya bermakna dan bahagia. Begitupun sebaliknya, bila ia tidak berhasil
memenuhi arti hidupnya, maka akan menyebabkan hidupnya hampa (tidak bermakna).
Psikologi humanistik berasumsi bahwa manusia pada
dasarnya memiliki potensi yang baik (minimal lebih banyak baiknya dari pada
buruknya). Manusia memiliki kualitas-kualitas insani yang tidak dimiliki oleh
makhluk lain, seperti kemampuan abstraksi, imajinasi, kreativitas, aktualisasi
diri, dan lain-lain. Manusia dipandang sebagai makhluk yang otoritas atas
kehidupannya sendiri. Artinya, manusia adalah makhluk yang sadar, mandiri,
pelaku aktif yang dapat menentukan hampir segalanya. Oleh karena itu, manusia
disebut sebagai the self determining being. Meode
fenomenologis merupakan metode yang dipakai oleh tokoh humanistik untuk
menelaah kualitas-kualitas insani.
George. A.Kelly menyatakan beberapa gagasannya tentang
pandangan terhadap manusia, yaitu
The
person’s construct
Personal construct adalah cara seseorang memandang
pengalamannya sendiri. Kelly menggambarkan manusia sebagai makhluk aktif yang
bisa mengubah kehidupannya.
People
a scientists
Manusia dapat menilai dan membuat hipotesis atas
dirinya sendiri
Constructive
alternativism : many ways to see
Manusia memiliki banyak sudut padang dalam suatu
masalah
Roles:
many ways to be
Manusia memiliki banyak peran dalam hidupnya
Self-determinism
Manusia ialah bergantung pada apa yang ia perbuat pada
dirinya
To the humanist every man is a scientist by
disposition as well as by right, every subject ia an incipient experimenter,
and every person is by daily necessity a fellow psychologist (G.A.Kelly, 1966,
in B.A.Maher, 1979, p.205)
Carl Rogers juga mengemukakan bahwa kecenderungan
manusia ialah mengaktualisasikan dirinya. Manusia dipandang memiliki banyak
keunikan dan realitas pengalaman subjektif yang beragam. Sedangkan Maslow
memandang aktualisasi diri sebagai kebutuhan dasar manusia.
Psikologi humanistik berasumsi bahwa manusia pada
dasarnya memiliki potensi-potensi yang baik, minimal lebih banyak baiknya
daripada buruknya. Psikologi humanistic memusatkan perhatian untuk menelaah
kualitas-kualitas insani, yakni sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia yang
terpatri pada eksistensi manusia, seperti kemampuan abstraksi, daya analisis
dan sintesis, imajijnasi, kreativitas, kebebasan berkehendak, tanggungjawab,
aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan pribadi, humor, sikap etis dan rasa
estetika. Selain itu psikologi humanistic memandang manusia sebagai makhluk
yang memiliki otoritas atas kehidupan dirinya sendiri. Asumsi ini menunjukkan
bahwa manusia adalah makhluk yang sadar, mandiri, pelaku aktif yang dapat
menentukan (hampir) segalanya. Ia adalah makhluk dengan julukan the
self determining being yang mampu sepenuhnya menentukan
tujuan-tujuan yang paling diinginkannya dan cara-cara mancapai tujuan itu yang
dianggapnya paling tepat.
Logoterapi, sebuah corak pandangan psikologi yang
sering dikelompokkan ke dalam psikologi humanistic, menemukan adanya dimensi
lain pada manusia di samping dimensi raga (somatis) dan diimensi kejiwaan
(psikis) yaitu, dimensi oetik atau sering juga disebut dimensi spiritual.
Logoterapi mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai kesatuan raga jiwa
ruhani yang tak terpisahkan. Selain itu logoterapi menganggap hasrat untuk
hidup bermakna adalah motivasi utama manusia . dan bila seseorang berhsil
memenuhinya akan menjadikan hidupnya bermkna dan bahagia. Sebaliknya jika ia
tak berhasil memenuhi arti hidupnya hampa tak bermakna.
Carl Rogers; Self Theory
Rogers mengembangkan teori tentang diri dan
kondisi-kondisi yang memungkinkan pemenuhan dan pertumbuhan optimal. Teori
Rogers tentang Selfmenekankan pada pengalaman subyektif individu
yang unik. Menurutnya, setiap individu secara potensi adalah pakar terbaik bagi
dirinya dan yang paling mengetahui dirinya sendiri. Rogers memandang perilaku sebagai
upaya untuk mencapai tujuan guna memuaskan kebutuhan, yang dirasakan sebagai
pengalaman.
Self / diri / konsep diri adalah persepsi-persepsi
tentang sifat dari diri subyek dengan orang lain dan dengan berbagai aspek
kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi tersebut. Konsep diri
mempengaruhi perilaku kuat / lemahnya seseorang terhadap penafsiran
tentang dirinya akan mempengaruhi bagaimana ia mempersepsikan orang lain.
Dalam Self Theory, individu membutuhkan hal yang positif. Kebutuhan
ini berkembang sebagai kesadaran diri yang muncul dan membimbing seseorang
untuk menerima dan mencintai orang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Basuki Heru. 2008. Psikologi
Umum. Universitas Gunadarma
https://www.google.com/search?q=carl+rogers&source=lnms&tbm
www.google.com
NAMA : GUNTUR HAMONANGAN
KELAS : 2PA08