Definisi serta Dimensi
Komunikasi , Definisi Leadership dan Teori Kepemimpinan
Definisi Komunikasi
Komunikasi atau communicaton berasal
dari bahasa Latin communis yang berarti
'sama'. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama
(make to common). Secara sederhana komuniikasi dapat terjadi apabila ada
kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Jadi komunikasi adalah suatu
proses penyampaian (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak
lain dengan adanya
suatu kesamaan yang direspons karna adanya rangsangan.
Dimensi Komunikasi
1.
Komunikasi
Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata).
b. Racing (kecepatan).
c. Intonasi suara
d. Humor
e.
Singkat
dan jelas.
f.
Timing (waktu yang tepat)
2.
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non
verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-katadan komunikasi non verbal
memberikan artipada komunikasi verbal. Yang termasuk komunikasi non verbal :
Macam dan Bentuk Komunikasi
a.
Ekspresi wajah
b.
Kontak Mata merupakan
sinyal alamiah untuk berkomunikasi.
c.
Sentuhan bentuk
komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal.
d.
Postur Tubuh
e.
Suara (sound) Rintihan,
menarik nafas panjang, tangisanjuga salah satu ungkapanperasaan dan pikiran seseorang
yang dapat dijadikan komunikasi
f.
Gerak Isyarat yang
dapat mempertegas pembicaraan .
Definisi
Kepemimpinan “Leaders
Kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan
atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok,
memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh
kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Teori-teori dalam Kepemimpinan
a) Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan
seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang
dimiliki pemimpin itu.Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk
menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi
pemimpin.Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan
berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P
Siagian (1994:75-76) adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang
kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas,
orientasi masa depan; – sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang
tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang
antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; –
kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas,
membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan
berkomunikasi secara efektif.
b) Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku
seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah
pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
Ø Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan
memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan,
menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya
setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin
yang lebih mementingkan tugas organisasi.
Ø Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin
yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan
atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan.Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan
penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan
penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Kecenderungan perilaku pemimpin
pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya
kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
c) Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional
ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan
dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi
dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang.
Faktor situasional
yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian
(1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Teori X dan Y Douglas McGregor
Teori
X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise
di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis
pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.
A.
Teori X
Teori
ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak
suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan
perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam
bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat
bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
B.
Teori Y
Teori
ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan
sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara
ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja
sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi,
kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan
kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki
dalam bekerja.
Penelitian
teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi
kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur. Teori Z
dapat anda baca di artikel lain di situs organisasi.org ini. Gunakan fasilitas
pencarian yang ada untuk menemukan apa yang anda butuhkan.
Teori Sistem 4 Rensis
Likert
Gaya kepemimpian yaitu sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan. Dalam gaya yang ber orientasi pada tugas ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut:
• Pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan.
• Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahan.
• Pemimpin meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan sesuai dengan keinginannya.
• Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pengembangan bawahan.
Sedangkan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan atau bawahan
ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut:
• Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan kepada
bawahan.
• Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
• Pemimpin lebih bersifat kekeluargaan, saling percaya dan kerja sama, saling
menghormati di antara sesama anggota kelompok.
Sebagai pengembangan, maka para ahli berusaha dapat menentukan mana di antara
kedua gaya kepemimpinan itu yang paling efektif untuk kepentingan organisasi atau
perusahaan. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam menjalankan gaya kepemimpinan
adalah ada empat sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat system tersebut terdiri dari:
a.
Sistem 1, otoritatif
dan eksploitif: manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja
dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode
pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan oleh manajer. Manajemen menggunakan
rasa takut dan ancaman; komunikasi atas ke bawah dengan kebanyakan keputusan
diambil di atas; atasan dan bawahan memiliki jarak yang jauh;
b.
Sistem 2, otoritatif
dan benevolent: manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi
bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah
tersebut. berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam
batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Manajemen menggunakan
penghargaan;, informasi mengalir ke atas dibatasi untuk manajemen apa yang
ingin didengar dan keputusan kebijakan sementara datang dari atas beberapa
keputusan yang ditetapkan dapat dilimpahkan ke tingkat yang lebih rendah,
atasan mengharapkan kepatuhan bawahan
c.
Sistem 3, konsultatif:
manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah
hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan
– keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih
digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.Manajemen
menawarkan hadiah, kadang-kadang hukuman; keputusan besar datang dari atas
sementara ada beberapa yang lebih luas keterlibatan dalam pengambilan keputusan
dan komunikasi rincian ke bawah ke atas sementara komunikasi penting hati-hati.
d.
Sistem 4,
partisipatif: adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara
bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan
keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok.Bila manajer secara formal yang
membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat
dari para anggota kelompok.Untuk memotivasi bawahan, manajer tidak hanya
mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan
kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting. Manajemen kelompok
mendorong partisipasi dan keterlibatan dalam menetapkan tujuan kinerja yang
tinggi dengan beberapa penghargaan ekonomi; komunikasi mengalir ke segala arah
dan terbuka dan jujur dengan pengambilan keputusan melalui proses kelompok
dengan masing-masing kelompok terkait dengan orang lain dengan orang-orang yang
menjadi anggota lebih dari satu kelompok yang disebut menghubungkan pin; dan
bawahan dan atasan dekat. Hasilnya adalah produktivitas yang tinggi dan lebih
baik hubungan industrial.
Rensis Likert memperluas studi kepemimpinan Michigan dengan penelitian ke dalam apa yang membedakan manajer yang efektif dari manajer tidak efektif. Di New Patterns of Management (1961) ia menulis bahwa "atasan dengan catatan terbaik, kinerja utama mereka fokus perhatian pada aspek manusia bawahan mereka 'masalah dan berusaha untuk membangun kelompok kerja yang efektif dengan tujuan kinerja tinggi. "Likert mendefinisikan dua gaya manajer.
1. Pekerjaan berpusat pada manajer, ditemukan untuk menjadi yang paling produktif
2. Karyawan berpusat manajer, ditemukan untuk menjadi yang paling efektif.
Likert juga menemukan bahwa manajer yang efektif menetapkan tujuan-tujuan spesifik, tetapi memberikan kebebasan karyawan dalam cara mereka mencapai tujuan tersebut. Hal ini telah disebut pengawasan umum, sebagai lawan dari pengawasan yang ketat.Dalam jargon bisnis modern ini disebut pemberdayaan.
Organisasi dan Karakteristik Kinerja Sistem Manajemen Berbeda
a. System 1 tidak percaya takut, ancaman, dan
hukuman sedikit interaksi, selalu ada ketidakpercayaa
b. System 2 master / hamba imbalan dan hukuman
sedikit interaksi, selalu berhati-hati
c. System 3 substansial tapi tidak lengkap
kepercayaannya penghargaan, hukuman, beberapa keterlibatan moderat interaksi,
beberapa kepercayaan
d. Sistem 4 kepercayaan penuh tujuan yang
didasarkan pada partisipasi dan perbaikan luas interaksi.Friendly, kepercayaan
yang tinggi.
Teori Tannen Baum dan Schmidt (1973)
Keberhasilan menerapkan manajemen perubahan antara lain sangat
ditentukan oleh gaya (style) yang diadopsi manajemen. Teori ini berpendapat
tingkat keberhasilan pengmbilan keputusan sangat ditentukan oleh sejumlah gaya
yang dianut dalam mengelola perubahan. Gaya/cara yang dimaksud lebih menyangkut
pengambilan keputusan dan implementasi. Seseorang dapat melakoni gaya
kepemimpinan dalam suatu horizon mulai dari yang sangat otokratik hingga
partisipatif.
Dengan demikian, maka menurut teori ini tidak selalu komotmen dan partisipasi bawahan diperlukan.Semua ini memerlukan analisis dan diagnosis mengenai kesiapan kedua belah pihak, yaitu atasan dan bawahan, baik sikap mental, motivasi, maupun kompetensinya.
Teori ini merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt. Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
Dengan demikian, maka menurut teori ini tidak selalu komotmen dan partisipasi bawahan diperlukan.Semua ini memerlukan analisis dan diagnosis mengenai kesiapan kedua belah pihak, yaitu atasan dan bawahan, baik sikap mental, motivasi, maupun kompetensinya.
Teori ini merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt. Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
Perilaku otokratis,
pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau wewenang
berasal dari adanya pengaruh pimpinan.Jadi otoritas berada di tangan pemimpin,
karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta
memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman
dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat
antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada
pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu,
orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.
Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.
Menurut teori kontinuun ada tujuh tingkatan hubungan peminpin dengan bawahan :
1. Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
2. Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
3. Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
4. Pemimpin memberikan keputusan tentative, dan keputusan masih dapat diubah.
5. Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan (consulting).
6. Pemimpin menentukan batasan – batasan dan minta kelompok untuk membuat peputusan.
7. Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan (joining).
Jadi, berdasarkan teori continuum, perilaku pemimpin pada dasarnya bertitik tolak dari dua pandangan dasar :
1. Berorientasi kepada pemimpin.
2. Berorientasi kepada bawahan.
Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.
Menurut teori kontinuun ada tujuh tingkatan hubungan peminpin dengan bawahan :
1. Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
2. Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
3. Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
4. Pemimpin memberikan keputusan tentative, dan keputusan masih dapat diubah.
5. Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan (consulting).
6. Pemimpin menentukan batasan – batasan dan minta kelompok untuk membuat peputusan.
7. Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan (joining).
Jadi, berdasarkan teori continuum, perilaku pemimpin pada dasarnya bertitik tolak dari dua pandangan dasar :
1. Berorientasi kepada pemimpin.
2. Berorientasi kepada bawahan.
MOTIVASI
Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang
ke arah suatu tujuan.
Teori Teori Motivasi
1. Teori Drive
Pengertian Teori Drive
Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan
tentang motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang
mendorong dalam diri seseorang. Contohnya Freud ( 1940-1949 ) berdasarkan
ide-idenya tentang kepribadian pada bawaan, dalam kelahiran, dorongan seksual
dan agresif, atau drive (teorinya akan diterangkan secara lebih detail dalam
bab kepribadian). Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut :
ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk mengaturnya
dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan
yang mendorong.
Pada manusia dapat mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi
keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan memuaskan. Jadi motivasi dapat
dikatakan terdiri dari:
1. Suatu keadaan yang mendorong
2. Perilaku yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan
terdorong
3. Pencapaian tujuan yang memadai
4. Pengurangan dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat
tujuan yang tercapai
Setelah keadaan itu, keadaan terdorong akan muncul lagi untuk
mendorong perilaku ke arah tujuan yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru
saja diuraikan seringkali disebut lingkaran korelasi.
Teori-teori Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau binatang bertindak.Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar dalamkeaslian keadaan terdorong.
Teori-teori Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau binatang bertindak.Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar dalamkeaslian keadaan terdorong.
Karena penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan heroin,
contohnya mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut, dan
karena itu mendorong ke arah itu.Dan dalam realisasi motif sosial, orang telah
belajar dorongan untuk kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong yang
dipelajari menjadi ciri abadi dari orag tertentu dan mendorong orang itu ke
arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain dan
didorong ke arah tujuan yang berbeda.
Contohnya : seorang mahasiswa yang terdorong untuk selalu datang
tepat waktu pada setiap mata pelajaran kuliah
2. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori ini mempunyai dua aturan pokok : aturan pokok yang
berhubungan dengan perolehan jawaban yang benar dan aturan pokok lain yang
berhubungan dengan penghilangan jawaban-jawaban yang salah. Pengukuran dapat
terjadi positif (pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang didinginkan ) atau
negatif ( menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang didinginkan
telah diberikan ), tetapi organisme harus membuat antara aksi atau tindakannya
dengan sebab akibat.
Siegel dan Lane (1982), mengutip Jablonke dan De Vries tentang
bagaimana manajemen dapat meningkatakan motivasi tenaga kerja., yaitu dengan:
1. Menentukan apa jawaban yang diinginkan
2. Mengkomunikasikan dengan jelas perilaku ini kepada tenaga
kerja.
3. Mengkomunikasikan dengan jelas ganjaran apa yang akan
diterima. Tenaga kerja jika jawaban
yang benar terjadi
4. Memberikan ganjaran hanya jika jika jawaban yang benar
dilaksanakan.
5. Memberikan ganjaran kepada jawaban yang diinginkan, yang
terdekat dengan kejadiannya.
Contohnya : Seorang mahasiswa yang dipuji oleh dosennya karna
sikap kritisnya dalam diskusi kelopok di kelas.
3. Teori Harapan
Teori ini diciptakan oleh David Nadler dan Edward Lawler yang
didasarkan pada empat asumsi mengenai perilaku dalam organisasi, yaitu:
a.
Perilaku ditentukan
oleh kombinasi antara faktor faktor yang terdapat dalam diri orang dan
faktor-faktor yang terdapat di lingkungan.
b.
Perilaku orang dalam
organisasi merupakan tindakan sadar dari seseorang, dengan kata lain perilaku
seseorang adalah hasi dari sebuah keputusan yang sudah diperhitungkan oleh
orang tersebut.
c.
Orang mempunyai
kebutuhan, keinginan dan tujuan yang berbeda.
d.
Orang memilih satu
dari beberapa alternatif perilaku berdasarkan besarnya harapan memperoleh hasil
dari sebuah perilaku.
Atas dasar asumsi tersebut, Nadler dan Lawler menyusun model
harapan yang terdiri dari 3 komponen, yaitu :
1. NILAI (Valence)
Setiap bentuk insentif punya nilai positif atau negatif bagi
seseorang.Juga apakah nilai itu besar atau kecil bagi seseorang.
Contoh : Seorang karyawan mendapatkan suatu penghargaan dari
perusahaan dengan diberikan plakat, karena bakti kepada perusahaan selama
sekian tahun. Tetapi, dampak negatifnya dapat membuat kecemburuan social
terhadap karyawan lain. plakat hanya berupa sebuah pajangan yang mempunyai
nilai kecil hanya untuk kepuasaan pribadi tidak bias dikomersilkan.
2. INSTRUMENTALITAS
Adanya hubungan antara pekerjaan yang harus dilakukan dengan
harapan yang dimiliki. Jadi jika pekerjaan dilihat bisa merupakan alat untuk
mendapatkan apa yang diharapkan timbullah motivasi kerja.
Contoh : seseorang mengikuti sebuah lembaga multi level
marketing (MLM) dengan mengharapkan keuntungan yang berlimpah, karena bila
mengandalkan insentif dari perusahaan tidak cukup memadai sebab bisnis MLM ini
cukup menjanjikan.
3. PENGHARAPAN
Persepsi tentang besarnya kemungkinan keberhasilan mencapai
tujuan/hasil kerja.
Contoh: seorang karyawan mendapatkan insentif lebih bila melakukan kerja lembur.
Contoh: seorang karyawan mendapatkan insentif lebih bila melakukan kerja lembur.
Harapan kinerja-hasil.Orang mengharapkan sesuatu dari
perilakunya.Harapan ini Hasil dari sebuah perilaku mempunyai kekuatan untuk
menggerakkan motivasi. Dampak daya motivasi untuk setiap orang tidak sama.
Harapan upaya-kinerja.Antisipasi tentang sulitnya mencapai suatu hasil
mempengaruhi orang untuk memilih alternatif perilaku.
Teori pengharapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi untuk
menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantar
kesuatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong
ganjaran-ganjaran organisasional, seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi
dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan tersebut.
Contohnya : Seorang karyawan pada bagian/divisi penjualan
berupaya meraih target penjualan tertentu untuk mendapatkan bonus berupa
liburan ke luar negeri. Dalam teori harapan, karyawan tersebut berusaha
mendapatkan kesempatan untuk memenuhi target karena ingin pergi ke luar negeri.
4. TEORI TUJUAN
Teori ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah
motivator.Hampir setiap orang menyukai kepuasan kerja karena mencapai sebuah
tujuan spesifik. Saat seseorang menentukan tujuan yang jelas, kinerja biasanya
meningkat sebab:
• Ia akan berorientasi pada hal hal yang diperlukan
• Ia akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut
• Tugas tugas sebisa mungkin akan diselesaikan
• Semua jalan untuk mencapai tujuan pasti ditempuh
Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki
tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan
memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga
muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan).
Penetapan tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi
harapan.Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai.Sasaran-sasaran
pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Contohnya : Seorang siswa yang memiliki tujuan mendapatkan
peringkat pertama di kelasnya ia akan belajar dengan sungguh-sungguh.
5.Teori Kebutuhan Maslow
Dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada
pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
(1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa
lapar, haus, istirahat dan sex
(2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik
semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
(3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
(4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya
tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
(5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti
tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat
dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Contohnya: Need of self Actualization
Pak Rudi adalah seorang pensiunan direktur disuatu perusahaan
yang bergerak dibidang pertambangan, sudah dua tahun ia pensiun dari perusahaan
tersebut dan posisinya sebagai direktur, kini digantikan oleh anaknya Samy.
Semenjak ia pensiun, semua urusan perusahaan ditangani oleh Samy tanpa kecuali,
ia tidak ingin ayahnya terbebani pikiran karena sudah pensiun. Walau merasa
dirinya sudah pensiun Pak Rudi ingin sekali berpartisipasi mengembangkan
perusahaan, namun anaknya melarang karena merasa ayahnya itu sudah lebih baik
dirumah saja. Pak Rudi merasa kebutuhan akan aktualisasi dirinya tidak
terpenuhi, karena walau ia sudah pensiun, ia ingin membuktikan bahwa ia masih
berkompeten dengan pengalaman-pengalamannya demi perkembangan perusahaannya.
Mengendalikan Fungsi
Manajemen
Defnisi Mengendalikan
Menurut Herujuito (2001) controlling yaitu kegiatan menyesuaikan
antara pelaksanaan dan rencana – rencana yang telah ditentukan.
Menurut Umar (2000) Pengendalian (controlling) manajemen adalah
usaha sistematis untuk menetapkan standar prestasi dan perencanaan sasarannya
guna mendesain sistem informasi umpan balik, membandingkan sistem kerja dengan
standar yang telah ditetapkan lebih dulu, menentukan adanya penyimpangan dan
mencatat besa kecil penyimpan, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk
memastikan bahwa semua sember perusahaan dimanfaatkan secara efektif dan
efisien guna mencapai tujuan organisasi.
Mengendalikan ( controlling) adalah proses untuk mengamati
secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang
sudah disusun atau diberi standar dan mengadakan koreksi atau evaluasi jika
terjadi hal-hal yang berlainan.
Langkah-langkah
Mengendalikan ( controlling )
Proses mengendalikan atau controlling akan berjalan dengan
mudah, lancar, dan sesuai sasaran jika sudah ada standar kinerjanya, maka dari
itu diperlukan langkah-langkah dalam mengendalikan atau controlling, berikut
adalah langkah – langkahnya yaitu :
1.
menetapkan
standar
2.
mengukur prestasi
kerja
3.
membandingkan prestasi
dengan standar yang ada
4.
mengambil tindakan
korektif atas prestasi kerja atau evaluasi
Tipe-tipe Control
A. Tipe – tipe control
yaitu :
1.
pengawasan pendahuluan
(preliminary control)
2.
pengawasan pada saat
kerja belangsung (cocurrent control)
3.
pengawasan feed back
(feed back control)
B. Berdasarkan bagian
yang akan diawasi pengawasan dibedakan atas :
- Pengendalian karyawan (Personal control).
- Pengendalian keuangan (financial control)
- Pengendalian produksi (Production control).
- Pengendalian waktu (Time control)
- Pengendalian teknis (Technical control)
- Pengendalian kebijaksanaan (Policy control).
- Pengendalian penjualan (Sales control)
- Pengendalian inventaris (inventory control)
- Pengendalian pemeliharaan (maintenance control)
Kontrol Proses
Manajemen
Langkah-langkah proses
pengendalian :
1.
Menentukan
standar-standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian.
2.
Mengukur pelaksanaan
atau hasil yang telah dicapai.
3.
Membandingkan
pelaksanaan atau hasil dengan standard an menentukan penyimpangan jika ada.
4.
Melakukan evaluasi
atau tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan
sesuai dengan rencana. Rencana juga perlu dinilai ulang dan dianalisis
kembali,apakah sudah benar-benar realistis atau tidak.jika belum benar atau
realistis maka rencana itu harus diperbaiki.
Cara-cara pengendalian
:
1. Pengawasan langsung
Pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang
manajer.Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui
apakah apakah dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai dengan yang
dikehendakinya.
Kebaikan :
1. Jika ada kesalahan dapat diketahui sedini
mungkin,sehingga perbaikanya dilakukan dengan cepat.
2. Akan terjadi kontak langsung antara bawahan
dan atasan,sehingga akan memperdekat hubungan antara atasan dan bawahanya.
3. Akan memberikan kepuasan tersendiri bagi
bawahan,karena merasa diperhatikan atasanya.
4. Akan tertampung sumbangan pikiran dari bawahan
yang mungkin bisa berguna bagi kebijaksanaan selanjutnya.
5. Akan dapat menghindari timbulnya kesan laporan
“asal Bapak senang” (ABS).
Keburukan :
1.
Waktu seorang manajer
banyak tersita,sehingga waktu untuk pekerjaan lainya berkurang,misalnya
planning lain-lainya.
2.
Mengurangi inisiatif
bawahan,karena mereka merasa bahwa atasanya selalu mengamatinya.
3.
Ongkos semakin besar
karena adanya biaya perjalanan dan lain-lainya.
4.
Pengendalian ini dapat
dilakukan dengan cara inspeksi langsung,observasi di tempat (on the spot
observation) dan laporan di tempat (on the spot report)
2. Pengawasan tidak
langsung
Pengawasan jarak jauh
dengan melalui laporan oleh bawahan baik secara lisan maupun tulisan tentang
pelaksanaan pekerjaan dan hasi-hasil yang dicapai.
Kebaikan :
1.
Waktu manajer untuk
mengerjakan tugas-tugas lainya semakin banyak,misalnya
perencanaan,kebijaksanaan,dan lain-lain.
2.
Biaya pengawasan
relatif kecil.
3.
Memberikan kesempatan
inisiatif bawahan berkembang dalam melaksanakan pekerjaan.
Keburukan :
1.
Laporan kadang-kadang
kurang objective,karena ada kecendrungan untuk melaporkan yang baik-baik saja.
2.
Jika ada
kesalahan-kesalahan terlambat mengetahuinya,sehingga perbaikanya pun terlambat.
3.
Kurang menciptakan
hubungan-hubungan antara atasan dan bawahan.
3. Pengawasan
berdasarkan kekecualian
Pengendalian yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang
luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan,pengendalian ini dilakukan
dengan cara kombinasi langsung dan tidak langsung oleh manajer.
NAMA : GUNTUR HAMONANGAN
NPM :13511110
Sumber :
- Basuki, A.M. Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Gunadarma.
- Mulyadi (2007) system perencanaan dan pengendalian manajemen. Jakarta : salemba empat
- https://www.google.com/search?q=rangkuman&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=rJHbUsr8A8Orrgfs-4DQCg&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=1024&bih=640&dpr=1#q=logo+gunadarma&spell=1&tbm=isch&facrc=_&imgdii=_&imgrc=TNBZIOIFDp_4aM%253A%3BtM-gHlAafs47BM%3Bhttp%253A%252F%252Fbapsi.gunadarma.ac.id%252Fwp-content%252Fuploads%252F2008%252F07%252Fgunadarma.png%3Bhttp%253A%252F%252Fbapsi.gunadarma.ac.id%252Fdownload%252F%3B166%3B170
- http://gunturhamonangan.blogspot.com/